Jumat, 30 September 2016

Tafsir Al Baqarah Ayat 79-83

TAFSIR AL MISBAH
Al Baqarah : 79-83



Kata (اميون ) ummiyyun mengandung arti orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan tentang kitab suci bahkan mereka yang buta huruf. Ummiyyun terambil dari kata (ام )umm, yakni ibu. Seakan-akan keadaan mereka dari segi pengetahuan sama dengan keadaannya ketika baru dilahirkan oleh ibunya.
            Ayat ini merupakan alasan ketiga mengapa Nabi dan umat Islam diperingatkan agar jangan mengharap banyak menyangkut keimanan orang-orang Yahudi, yaitu karena ada di antara mereka tidak mengetahui al-Kitab yakni Taurat dan kandungannya, sehingga keadaan mereka tidak seperti yang mengetahui  dari kitab suci Taurat bahwa Nabi Muhammad saw. adalah utusan Allah. Jika hanya tidak mengetahui tentang hal itu, boleh jadi masih memungkinkan mereka beriman.Tetapi sebenarnya keadaan mereka lebih dari itu, sebagaimana bunyi lanjutan ayat yakni yang mereka ketahui atau yakni hanyalah amaanii yakni angan-angan belaka.
            Kata (اماني ) amani adalah bentuk jamak dari (امنية ) umniyyah yang dapat berarti angan-angan, harapan-harapan kosong, dongeng-dongeng, atau kebohongan. Dapat juga berarti bacaan tanpa upaya pemahaman atau penghayatan. Seorang berbohong, karena dia mengharapkan sesuatu sesuai dengan apa yang diberitakannya. Harapan yang tidak tercapai juga dapat mendorong si pengharap berbohong atau membohongi dirinya sendiri dengan membayangkan yang tidak terdapat di dunia nyata.Keyakinan yang batil adalah kebohongan atau hal-hal yang dianggap oleh yang bersangkutan sebagai sesuatu yang hak dan benar padahal dia tidak demikian. Membaca sesuatu tanpa dipahami atau tanpa dihayati tujuannya sama saja dengan bohong. Begitulah kata amani pada akhirnya mengandung makna kebohongan.
            Demikianlah kelompok ummiyyun itu hanya memiliki harapan-harapan kosong yang tidak berdasar, misalnya bahwa yang masuk urge hanya orang-orang Yahudi, atau bahwa mereka tidak disiksa di neraka kecuali beberapa hari.Mereka itu hanya percaya dongeng, takhayul dan khurafat yang diajarkan oleh pemuka agama mereka.
            Dalam sebuah riwayat dikemukakan bahwa sahabat Nabi saw, Ibn ‘Abbas menafsirkan kata ummiyyun dalam arti tidak mengetahui makna pesan-pesan kitab suci, walau boleh jadi mereka menghafalnya. Mereka hanya berangan-angan, atau amani dalam istilah ayat di atas, yang ditafsirkan oleh Ibn ‘Abbas dengan “sekedar membacanya”. Keadaan yang demikian itulah yang disebutkan oleh al-Qur’an dengan seperti keledai yang memikul buku-buku (QS. Al-Jumu’ah [62]: 5).
Sebenarnya ketiga sifat tersebut (angan-angan, dongeng, dan bacaan yang tidak dihayati) dapat dipahami sebagai maksud ayat ini.Karena memang ketiganya merupakan sifat sebagian orang Yahudi, bahkan sebagian orang beragama termasuk kita umat Islam.Ini tercela, apalagi seperti bunyi penutup ayat itu mereka juga hanya menduga-duga dalam segala hal yang berkaitan dengan agama.Sifat di atas dapat mengantar pelakunya kepada kecelakaan, tetapi ayat berikut menjelaskan siapa yang lebih wajar menerima kecelakaan besar.
AYAT 79
فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَـذَا مِنْ عِندِ اللّهِ لِيَشْتَرُواْ بِهِ ثَمَناً قَلِيلاً فَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُمْ مِّمَّا يَكْسِبُونَ
 “Kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yangmenulis al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya, “ini dari Allah” dengan maksud memperoleh keuntungan yang sedikit. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka akibat apa yang telah ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat apa yang (sedang dan akan) mereka kerjakan.”
Setelah menjelaskan keburukan sifat mereka, maka ayat ini menegaskan akibat keburukan itu bahwa, Kecelakaan yang besar, yakni himpunan dari segala macam siksa, atau lembah di neraka yang disediakan bagi orang-orang, baik orang Yahudi itu maupun selain mereka yang menulis sesuatu atas dorongan hawa nafsunya didalam al-Kitab yang diturunkan allah, menulisnya dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya, “ ini, yakni apa yang ditulisnya itu dari allah” dengan maksud memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka akibat apa, yakni kebohongan yang telah ditulis leh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat apa yang sedang dan akan mereka akan kerjakan.”
Kecelakaan besar wajar menimpa yang telah menulis kitab suci dengan tangannya sendiri dan mengubahnya.Karena, salah satu penyebab utama dari keengganan sementara orang yahudi beriman, apalagi ummiyun itu adalah para pemuka agama mereka itu, yang mengubah kitab taurat, mengajarkan kepercayaan keliru dan lain sebagainya.Mereka tidak menjalankan fungsi kecendikiawanan dan pengetahuan agama mereka untuk mengantar umatnya menuju jalan yang benar.
Kataبايديهم  biaidihim/ dengan tangannya sendiri mengisyaratkan bahwa perubahan kitab taurat itu dilakukan oleh para pemuka agama yahudi dengan amat sengaja, bersungguh-sungguh, dan tidak menugaskan orang lain melakukannya, agar benar-benar sesuai apa yang tertulis dengan keinginan nafsu mereka. Ini karena mereka bermaksud memmutarbalikkan fakta dan menyatakan, “ini bersumber dari allah”, padahal kenyataannya tidak demikian. Mereka melakukan itu dengan tujuan mendapat harga, yakni keuntungan yang sedikit dengan perbuatannya itu.
Kalimat ثمنا قليلا tsamanan qalilan/ kuntungan yang sedikit artinya kepentingan duniawi berupa pangkat, kedudukan, pengaruh dan materi. Semua itu dinilai sedikit karena betapapun besarnya gemerlap duniawi yang mereka peroleh, ia pada hakikatnya sedikit jika dibandig dengan kerugian dan kebinasaan yang akan menimpa kelak. Maka kecelakaan besar bagi mereka akibat apa yang mereka telah tulis dengan tangan mereka sendiri dan kecelakaan besar pula akibat apa yang sedang dan akan mereka perbuat itu. Kecelakaan akan menimpa mereka dua kali; pertama sewaktu menulis pemutarbalikan kitab suci dan kedua akibat dos-dosa yang terus bertumpuk diatas pundak mereka. Ini karena setiap yang melakuakan sesuatu yang baru, baik positif atau negative, kemudian diikuti orang lain, maka perbuatannya ditambah dengan dosa-dosa yang dilakukan orang lain/ Nabi saw bersabda, “siapa yang melakukan sesuatau yang buruk dan menjadi kebiasaa orang banyak, maka dia menanggung dosanya dan dosa-dosa orag yang melakukannya sampai hari kiamat.”
Itulah sebabnya, penutup ayat ditas menggunakan bentuk kata kerja masa lampau ketika berbincang tentang apa yang mereka telah tulis, dan kata kerja masa kini dan datag ketika menjelaskan apa yang mereka perbuat itu.
Ayat ini dipahamai untuk sementara ulama sebagai isyarat jelas menyagkut apa yang dialami Bani Israil da kitab suci Taurat setelah pembumi hangusan Bait al-Maqdis tahun 588 SM. Ketika itu Taurat disimpan disatu tempat dan ikut terbakar padahal ia tidak dihafal olrh masyarakatnya, apalagi hanya imam-imam Bani Lawi yang bertugas memeliharanya. Nabi Musa pun menurut Perjanjian Lama kitab Ulangan 31:9- hanya mewajibkan pembacaan hukum taurat setiap tujuh tahun. Karena itu, walaupun boleh jadi ada usaha menulisnya kembali ketika itu, tetapi karena taurat tidak tersebar luas bahkan tidak dihafal maka tentu saja telah terjadi perubahan-perbahan, apalagi ketika itu telah terjadi kedurhakaan dan penyelewengan agama dari masyarakat yahudi. Selanjutnya Bait al-Maqdis dihancurkan lagi oleh Titus tahun 40 M. taurat yang ditulis sebelum ini- dan yang pasti  tidak otentik lagi itu- terbakar lagi orang-orang yahudi pun bertebaran diseluruh penjuru melarikan diri dari kekejaman Titus. Ini menjadikan taurat semakin jauh dari keasliannya, karena itu para peneliti agama menjelaskan bahwa taurat mengalami perubahan dan apa ang ada sekarang bukan lagi asli, paling tidak sebagian diantaranya. Smentara pakar berkata bahwa kitab Ulangan dari Perjanjian Lama ditulis oleh seorang Yahudi yang bermukim di Mesir pada masa raja Yusyia, salah seorang penguasa Yahudi.
AYAT 80
وَقَالُواْلَنتَمَسَّنَاالنَّارُإِلاَّأَيَّاماًمَّعْدُودَةًقُلْأَتَّخَذْتُمْعِندَاللّهِعَهْداًفَلَنيُخْلِفَاللّهُعَهْدَهُأَمْتَقُولُونَعَلَىاللّهِمَالاَتَعْلَمُونَ ﴿٨٠﴾
Dan mereka berkata, “ kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api (neraka) kecuali beberapa hari saja:“ katakanlah, ”sudahkah kamu menerima janji dari allah sehingga allah tidak akan memungkiri janjinya ataukah kamu mengatakan terhadap allah apa yang tidak kamu ketahui?”
Ayat yang lalu mengandung makna bahwa mereka telah memutar balikkan kandungan kitab taurat, menambah dan menguranginya sesuai selera mereka, karena itu ayat ini melanjutkan dengan memberi salah satu contoh pemutar balikkan itu bahwa: dan mereka juga berkata, kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api yakni api neraka diakhirat nanti kecuali beberapa hari saja yang segera akan berlalu. Allah mengajar nabi Muhammad saw dan umatnya untuk menjawab angan-angan mereka itu bahwa: katakanlah, hai Muhammad saw sambil menolak anggapan mereka dan mengecamnya: sudahkah kamu menerima menyangkut apa yang kamu katakan itu janji dari Allah sehingga dengan demikian Allah tidak akan memungkiri janji-Nya dan kamu benar-benar tidak akan disentuh api neraka kecuali beberapa hari? Sudah adakah janji itu  ataukah kamu mengatakan terhadap allah apa yang tidak kamu ketahui?
Firmannya:لن تمسنا النار lan tamassana an-nar/ kami sekali-kali tidak akan disentuh api neraka, adalah ucapan mereka. Perhatikanlah bagaimana mereka berkata disentuh, artinya terkena sedikit, yakni tidak banyak.Itupun kecuali beberapa hari saja, yakni empat puluh hari selama kami menyembah sapi, atau tujuh hari sebanyak hari-hari dalam seminggu.Demikian yang terdengar dari mereka menjelaskan makna beberapa hari itu.
Allah membantah mereka melalui perintah-Nya kepada Nabi Muhammad saw: Tanyakanlah, Sudahkan yakni pernahkah kalian menerima janji dari Allah?Tentu saja kalau janji itu ada, pasti Allah tidak mengingkari janji-Nya.Ataukah kalian menyatakan atas nama Allahsesuatu yang tidak kalian ketahui? Perhatikan jawaban yang diajarkan itu! Nabi saw bukannya diperintah untuk berkata, “Ataukah kalian berbohong, membuat-buat ucapan atas nama Allah yang tidak Dia ucapkan?”
Yang berbohong pasti mengetahui bahwa dia membuat-buat ucapan.Redaksi yang diajarkan untuk ditanyakan kepada mereka itu, tidak secara kasar menuduh mereka berbohong.Memang di celahnya ada kesan bahwa ucapan itutidak benar, tetapi ketidakbenarannya bukan karena berbohong melainkan karena mereka tidak mengetahui. Itulah yang diajarkan Allah untuk diucapan oleh Nabi Muhammad saw. Sekali lagi, pesan yang dikandungnya sama, tetapi yang diajarkan untuk diucapkan lebih sopan dan tidak menyinggung perasaan.
Orang-orang Yahudi ketika berkata bahwa mereka hanya beberapa hari di neraka, mengatakan pula bahwa bila mereka keluar dari neraka, maka yang akan menempati tempat mereka adalah orang-orang Islam. Imam Bukhari meriwayatkan melalu Abu Hurairah bahwa ketika Khaibar dikuasai kaum muslimin, orang-orang Yahudi yang menghadiahkan kepada Nabi saw, makanan yang terbuat dari seekor kambing yang beracun. Nabi saw, memerintahkan agar mengumpulkan semua orang Yahudi yang ada disekitar Khaibar kemudian beliau bersabda: “Saya akan bertanya kepada kalian tentang sesuatu, apakah kalian akan menjawab dengan benar?” Mereka mengiyakan. Nabi saw bertanya “Siapa ayah kalian?” Mereka menyebut si A, maka Nabi saw, bersabda “Kalian berbohong, ayah kalian adalah si Anu,” Mereka berkata “Engkau berkata benar lagi jujur.” Lalu Nabi saw. Bertanya : “Siapakah penghuni neraka?” Mereka menjawab: “Kami akan masuk ke neraka beberapa saat, kemudiaan kaum muslimin akan menggantikan tempat kami” nabi saw, menjawab : “Terkutuklah kalian di dalamnya. Demi Allah kami sekali-kali tidak akan menggantikan kalian.” Nabi saw, kemudiaan bertanya tentang racun yang mereka letakkan dikambing yang disuguhkan pada beliau. Mereka mengaku sambil berkata: “Jika engkau berbohong dalam pangkuanmu sebagai nabi, maka kami dapat terhindar darimu, dan bila benar, maka pasti makanan itu tidak akan berdampak buruk padamu.”

AYAT 81-82
بَلَىمَنكَسَبَسَيِّئَةًوَأَحَاطَتْبِهِخَطِيـئَتُهُفَأُوْلَـئِكَأَصْحَابُالنَّارِهُمْفِيهَاخَالِدُونَ ﴿٨١﴾وَالَّذِينَآمَنُواْوَعَمِلُواْالصَّالِحَاتِأُولَـئِكَأَصْحَابُالْجَنَّةِهُمْفِيهَاخَالِدُونَ ﴿٨٢﴾

“(Bukan demikian!) Tetapi barang siapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.Dan orang-orang yang beriman serta beramal shaleh, mereka itu penghunu surge.Mereka kekal di dalamnya.”
Sebenarnya tidak ada janji dari Allah.Bukan juga karena mereka tidak tahu.Sumber masalahnya adalah sikap pemutarbalikan mereka. Tetapi yang benar adalah barang siapa berbuat dosa, yakni mempersekutukan Allah dan ia diliputi oleh dosanya, sehingga seluruh segi kehidupannya tidak mengandung sedikit ganjaran pun akibat ketiadaan iman kepada Allah, maka mereka itulah penghuni neraka dan mereka kekal di dalamnya. Dan orang-orang yang beriman dengan iman yang benar sebagaimana diajarkan oleh nabi-nabi mereka serta beramal saleh sesuai dengan tuntunan Allah dan rasul, maka mereka itu bukan selain mereka adalah penghuni surge dan mereka kekal di dalamnya.
Firman-Nya : كسب سيىْة kasaba sayyi’atan bermakna berbuat dosa. Biasanya kata kasaba digunakan untuk perolehan atau perbuatan yang menguntungkan, atau untuk sesuatu yang bermanfaat buat pelakunya (lihat uraian tentang hal ini pada QS. Al-Baqarah [2]: 286). Jika demikian, redaksi ini mengisyaratkan bahwa dosa-dosa yang mereka lakukan itu telah meresap dalam jiwa mereka, sehingga mereka melakukannya dengan mudah dan menganggapnya suatu perolehan yang menguntungkan.Ini adalah ulah setan yang memperindah keburukan di mata orang-orang durhaka.Mereka yang keadaannya seperti itu, lebih jauh dilukiskan oleh ayat di atas sebagai telah diliputi oleh dosanya.
Firman-Nya : احاطت به خطيىْته سahathat bihi khathi’atuhu / ia telah diliputi oleh dosanya, dalam arti ia berada satu lingkaran yang menjadikan ia tidak dapat melepaskan diri, dan tidak pula terdapat dalam aktivitasnya sesuatu yang dapat diberi ganjaran. Atas dasar ini sekian banyak ulama memahaminya dalam arti yang bersangkutan tidak memiliki iman dan hidup dalam kekufuran karena hanya kekufuran yang menjadikan seluruh amal baik – sekalipun – tidak diterima Allah swt, berdasar firman-Nya: “Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (sia-sia bagaikan) debu yang berterbangan” (QS. Al-Furqan [25]: 23).
Melalui ayat ini Allah menetapkan tolok ukur pasti, adil, dan berlaku umum tentang keberadaan di neraka.Nanti di tempat lain kita akan baca tolok ukur pasti yang sama menyangkut keberadaan di surga.
Selanjutnya ayat-ayat berikutnya mengngatkan semua pihak tentag perjanjian yang dijalin oleh Allah dengan Bani Israi’il.
AYAT 83
AYAT 83
وَإِذْأَخَذْنَامِيثَاقَبَنِيإِسْرَائِيلَلاَتَعْبُدُونَإِلاَّاللّهَوَبِالْوَالِدَيْنِإِحْسَاناًوَذِيالْقُرْبَىوَالْيَتَامَىوَالْمَسَاكِينِوَقُولُواْلِلنَّاسِحُسْناًوَأَقِيمُواْالصَّلاَةَوَآتُواْالزَّكَاةَثُمَّتَوَلَّيْتُمْإِلاَّقَلِيلاًمِّنكُمْوَأَنتُممِّعْرِضُونَ ﴿٨٣﴾
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Isra’il (yaitu): Kamu tidak menyembah selain Allah, dan kapada ibu bapak dengan kebaikan yang sempurna, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat; kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu selalu berpaling.”
Ayat ini merupakan uraian tentang kedurhakaan mereka yang menjadi bukti bahwa mereka benar-benar – seperti bunyi ayat yang lalu – telah diliputi oleh dosa mereka masing-masing.
Ayat ini memerintahkan: Cobalah inat dan renungkan keadaan mereka secara umum dan ingat dan renungkan pula secara khusus ketika Kami Yang Maha Kuasa melalui utusan Kamimengambil janji dari Bani Isra’ilyaitu Kamu tidak menyembah sesuatu apapun dan dalam bentu apapun selain Allah Yang Maha Esa, dan dalam perjanjian itu Kami memerintahkan juga mereka berbuat baik dalam kehidupan dunia ini kepada ibu bapak dengan kebaikan yang sempurna, walaupun mereka kafir, demikan juga kaum kerabat, yakni mereka yang mempunyai hubungan dengan kedua itu.

PEMBAHASAN LOGIKA


LOGIKA
    
         A. Latar Belakang

Secara fundamental, bahwa manausia mempunyai banyak kebutuhan dan keinginan. Ada kebutuhan material, biologis, hewani, dan rasional. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dituntun oleh kodratnya. Tetapi hal yang berbeda dari semua makhluk di dunia ini adalah inteleknya atau akal budinya. Realitas intelek merupakan hal yang sangat penting dan menentukan. Dengan rasionalitas dapat membantah dengan seketika tentang hipotesis bahwa alam semesta terjadi dengan sendirinya.[1]
Antara manusia dan hewan yang membedakan adalah inteleknya. Manusia adalah insan yang utama  karena berkat inteleknya dan rohaninya. Manusia dapat menghargai kebaikan realitas-realitas, bahakan mau menyerahkan diri terhadap realitas-realitas yang memang sudah sepantasnya untuk dicintai sebagai tujuan, contohnya Tuhan dan manusia.[2] Maka kita tahu bahwa mempelajari logika adalah penting, karena dengan logika kita dapat berfikir rasional, lurus dan  tepat untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Logika dapat mendidik manusia bersikap obyektif tegas dan berani, serta sikap yang dibutuhkan dalam situasi dan kondisi.
karena yang dipelajari dalam ilmu logika hanyalah berupa aturan-aturan berfikir benar, maka tidak otomatis seseorang yang belajar logika akan menjadi orang yang selalu benar dalam berfikir.  itu semua tergantung seperti apa dia menerapkan aturan-aturan berfikir itu. Disiplin tidak dalam menggunakan aturan-aturan itu sering berlatih dan tentu saja punya tekad untuk tetap berada dalam kebenaran.
Dalam mempelajri ilmu logika Secara tidak sadar kita akan memperoleh beberapa faedahnya. Untuk mengetahui lebih jelasnya, akan dibahas lebih lanjut dalam pembahasan.

A. Rumusan Masalah
Berdasakan latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa rumusan masalah. Beberapa rumusan masalah tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1.    Apa saja  Faedah Logika?
2.    Bagaimana peran logika dalam pembentukan bangsa di Indonesia?

B.  Tujuan Penulisan
Setiap hal yang dilakukan oleh seseorang pasti memiliki tujuan. Bertumpu pada rumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki beberapa tujuan. Tujuan-tujuan tersebut di antaranya adalah:
1.    Menjelaskan lebih jauh, tentang faedah –faedah dalam mempelajari ilmu logika ini.
2.    Memberikan pencerahan kepada kita semua tentang bagaiman berpikir kritis secara logis.

C.  Manfaat Penulisan
Berawal dari suatu keinginan kuat, penulis sadar bahwa semua yang ada di permukaan bumi ini baik yang kecil maupun besar, yang tua maupun muda serta yang lainnya sudah pasti memiliki daya guna atau manfaat bagi manusia khususnya, sedikit maupun banyak.
penulisan karya tulis ilmiah ini juga mempunyai manfaat. Manfaat itu antara lain:
1.    Sebagai pemahaman baru dalam memahami ilmu logika
2.    Sebagai sarana pembelajaran kepada kita, sehingga kita bisa menyikapi permasalahan secara kritis dan bijak.
3.    Sebagai bahan pertimbangan penulisan selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN

1.      Faedah logika
Dapat kita ketahui bawa logika merupakan pengetahuan yang sistematis yang mempersoalkan proses-proses yang mengatur cara berpikir, hasil-hasil berpikir dan memberi aturan-aturan yang mesti diikuti supaya pemikiran itu valid. Logika sebagai  suatu studi ilmiah hanyalah untuk memberikan prinsip – prinsip dan hukum- hukum berfikir yang benar. Sebab banyak orang – orang yang yang belum paham tentang logika tetapi merasa dirinya mampu untuk berdebat secara logis. Sedangkan banyak orang yang mempelajari logika justru mereka merasa bosan dan jemu tentang analisa - analisa didalamnya. Sedangkan dalam pandangan lain seseorang juga bisa berdebat dengan benar tanpa mereka mempelajari logika, sedangkan sebaliknya mereka yang mempelajari logika pun masih dapat membuat kesalahan. Dalam ilmu logika kita dituntut untuk berusaha berfikir secara benar, sehingga kita dapat memperoleh pemahaman berbagai fenomena-fenomena permasalahan. Logika juga sebagai ilmu yang mempelajari metode dan hukum – hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dan penalaran yang salah.[3]
Adapun dalam mempelajari ilmu logika sendiri mempunyai beberapa fedah yaitu:
Ø  Logika menyatakan, menjelaskan dan mempergunakan prinsip-prinsip abstrak yang dapat dipakai dalam semua lapangan ilmu pengetahuan.
Ø  Pelajaran logika menambah daya berpikir abstrak dan dengan demikian melatih dan mengembangkan daya pemikiran dan menimbulkan disiplin intelektual
Ø  Logika mencegah kita tersesat oleh segala sesuatu yang kita peroleh berdasarkan penguasaan
Manfaat ilmu logika:
a)    membuat daya fikir akal tidak saja menjadi lebih tajam tetapi juga lebih menjadi berkembang melalui latihan-latihan berfikir dan menganalisis serta mengungkap permasalahan secara ilmiah
b)   membuat seseorang menjadi mampu meletakkan sesuatu pada tempatnya dan mengerjakan sesuatu pada waktunya.
c)    membuat seseorang mampu membedakan, ini merupakan manfaat yang paling asasi ilmu logika antara pikir yang benar dan oleh karenanya akan menghasilkan kesimpulan yang benar dan urut pikir yang salah yang dengan sendirinya akan menampilkan kesimpulan yang salah, Untuk  membedakan penalaran yang betul dan penalaran yang salah.[4]
Ada manfaat lain dalam mempelajari logika, antara lain:
ü  Menjaga kita supaya selalu berfikir benar.
ü  Efektif dalam berfikir ataupun berargumentasi.
ü  Berfikir sistematis sesuai aturan-aturan berfikir benar.
ü   Sebagai ilmu dan  alat dalam mempelajari ilmu apapun, termasuk filsafat.

Belajar logika berarti kita belajar berpikir atau bernalar yang merupakan kegiatan akal manusia yang mana pengetahuan yang kita terima melalui panca indra diolah dan ditunjukkan untuk mencapai suatu kebenaran. Dengan berpikir kita belajar menilai sesuatu sehingga dapat disimpulkan manfaat belajar logika adalah kita memanifestasikan pikiran sehingga mampu mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis, menunjukkan alasan-alasan, membuktikan sesuatu, menggolong-nggolongkan, membanding-bandingkan, menarik kesimpulan, meneliti suatu jalan pikiran, membahas secara realitas, dan lain-lain.[5]
 Logika dapat diartikan sebagai ilmu tentang kaidah-kaidah yang dapat membimbing manusia ke arah berfikir secara benar yang menghasilkan kesimpulan yang benar sehingga ia terhindar dari berfikir secara keliru yang menghasilkan kseimpulan salah, atau sederhananya, ilmu ini bisa disebut pula sebagai studi sistematik tentang struktur proposisi dan syarat-syarat umum mengenai penalaran yang shahih dengan menggunakan metode yang mengesampingkan isi atau bahan proposisi dan hanya membahas bentuk logisnya saja.
Manfaat yang paling asasi mempelajari ilmu logika adalah untuk membuat seseorang mampu membedakan antara berpikir yang benar dan oleh karenanya akan menghasilkan kesimpulan yang benar dan terhindar dari kesimpulan yang salah. Sebab logika merupakan bentuk  kegiatan akal / rasio manusia dengan mana pengetahuan yang kita terima melalui panca indra diolah dan ditunjukkan untuk mencapai sebuah kebenaran. Ilmu logika menolong dan mendidik, membangun diri kita sendiri: dengan berpikir lebih mendalam, kita mengalami dan menyadari kerohanian kita. Rahasia hidup yang kita selidiki justru memaksa kita untuk berpikir untuk hidup sesadar-sadarnya, dan memberikan isi kepada hidup kita sendiri.
 Dengan pemikiran yang benar memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari. Orang yang hidup secara berfikir salah tidak mudah melihat persoalan - persoalan, apalagi melihat pemecahnya. Dalam logika kita dilatih melihat dulu apa yang menjadi persoalan, dan ini merupakan syarat mutlak untuk memecahkannya.
Logika merupakan latihan untuk berpikir sendiri, hingga kita  tidak hanya ikut-ikutan saja, membuntut pada pandangan umum, percaya akan setiap semboyan dalam berita-berita yang beredar, tetapi secara kritis menyelidiki apa yang dikemukakan orang, mempunyai pendapat sendiri, “berdiri-sendiri”, dengan cita-cita mencari kebenaran.  Sebab mempelajari logika memberikan dasar-dasar pemikiran baik untuk hidup kita sendiri (terutama dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya.
Berfikir logika ialah berusaha menemukan kebenaran tentang segala sesuatu dengan menggunakan pemikiran secara serius. Kemampuan berfikir serius diperlukan oleh orang biasa, penting bagi orang-orang penting yang memegang posisi penting dalam membangu dunia. Kemampuan berfikir serius itu, mendalam adalah salah satu cirinya, tidak akan dimiliki tanpa melalui latihan. Belajar logika merupakan bentuk latihan untuk memperoleh kemampuan memecahkan masalah secara serius, menemukan akar persoalan yang terdalam. Berfikir benar pada dasarnya adalah persesuaian antara pikiran dan kenyataan.[6]
Kemampuan berlogika naturalis pada tiap-tiap arang berbeda-beda tergantung dari tingkatan pengetahuanya. Kata ketahui, bahwa ahli pidato, politikus, dan mereka yang terbiasa bertukar pikiran dapat mengutarakan jalan pemikiran dengan logis, meskipun barangkali mereka belum pernah membuka buku logika sekalipun. Tetapi dalam menghadapi masalah yang rumit dan dalam berpikir, manusia banyak dipengaruhi oleh kecenderungan pribadi disampig bahwa pengetahuan manusia terbatas mengakibatkan tidak mungkin terhindar dari kesalahan.[7]
Logika sama seperti belajar ilimu-ilmu Islam lainya, mempunyai fungsi tentang dua hal, yaitu:
1)      Cara membuat definisi yang tepat dari konsep
2)      Bagaiman membangun sebuah bukti pendapat atau argumen, dan mendeteksi kekurangan dalam argumen yang salah.

Tidak ada yang misterius tentang ilmu. Dengan demikian logika tidak diragukan lagi jika diperlukan dalam semua ilmu, terutama dalam ilmu kalam. Dalam Kalaam, bukti terkuat adalah sangatlah penting, sehingga pemahaman yang baik tentang prinsip-prinsip logis diperlukan untuk menilai kekuatan bukti. Beberapa orang berpikir bahwa aristoteles menciptakan ilmu logika dan karena yang menggunakanya adalah pengikut-Nya. ini omong kosong, karena manusia telah menggunakan logika dalam segala usia atau setidaknya selama mereka telah berdebat, karena mereka harus mampu mendeteksi kekurangan dalam argumen dan mendefinisikan konsep-konsep dengan benar. Semua yang dilakukan aristoteles adalah mengkodifikasi prinsip-prinsip logika sehingga dapat dipelajari secara sistematis.

2.      Faedah Logika Di Indonesia
Sebagain kaum intelektual sangat menyadari kebutuhan mendesak akan meratanya kesanggupan berpikir tertib dan kritis seperti yang  diajarkan dalam logika sebagai slah satu syarat mutlak terwujudnya Indonesia modern. Studi dan penguasaan logika dipandang sebagai sokoguru pedidikan intelektual, yang merupakan hal asasi yang dari pendidikan manusia seutuhnya. Tetapi ada sebagian yang menolak logika, yang secara historis tidak berasal dari bumu nusantara meski ditinjau secara objectif maupun secara antropologis mempunyai nilai universal hakiki dan penting bagi manusia Indonesia. Mereka menolak dengan alasan karena logika dipandang tidak sesuai, bahkan merusak rasa ketimuran. Analisis pemikiran yang kritis dan tajam dianggap tidak sejalan. Perlu disadari bahwa logika lebih merupakan achievement, pencapain dari pada warisan. Setruktur yag rumit dari logika yang dicoba dikembangkan, terdapat dunia kehidupan persepsi dan motivasi serta cara bekerjanya akal budi manusia yang untuk sebagian besar belum terpetakan, disadari, dan belum teridentifikasi.[8]
Kita memakai prosedur logika adalah karena para pemikir selama dua ribu tahun lebih dengan prosedur-prosedur tersebut telah belajar mengendalikan pikiranya.dan dengan prosedur itu pula telah belajar bagaimana mencapai kesimpulan yang bermanfaat dan membuat keputusan-keputusan yang memungkinkan eksistensi manusia berkembang menurut harkat dan martabatnya. Emosi dan perasaan diketahui mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Tetapi proses penggarapan pemikiran dan proses penyimpangan pemikiranjanagna dikaburkan oleh perasaan dan emosi. Hati boleh panas tapi pikiran tetap dingin. Ada yang dibayangi oleh perasaan takut pada rasionalisme, ada juga yang ragu-ragu untuk secara akrab serta tegas mengakui dan menekankan serta mengamalkan penggunaan akal sebagai prinsip pengatur dalam praktek kehidupan. Perlu disadari bahwa penggunaan akal dengan semestinya dan semaksimalnya, bukanlah pemujaan akal dan bukan berarti menyingkirkan aspek kemanusiaan lainya yang juga penting. Akal berfungsi sebagai pedoman bagi kemampuan manusia lainya, dan juga pedoman bagi kehendak yang hakikatnya tidak dapat melihat. Akal yang tertib membimbing kehidupan kemasyarakatan yang tertib, sehigga membahagiakan kehiduapan bersama. Banyak hal tidak tertib di dalam pikiran, maka semestinya proses penertiban bermuula di dalam pikiran. Maka dapat disimpulkan, betapa akan tetap miskinya jiwa anak didik. Jika pendapat yang sedangkal dan tidak kritis itu diterima luas sebagai prinsip dalam dunia pendidikan.[9]  
                                                                                                  








BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dapat kita ketahui seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa mempelajari logika mempunyai banyak faedah, antara lain
a)      Logika menyatakan, menjelaskan dan mempergunakan prinsip-prinsip abstrak yang dapat dipakai dalam semua lapangan ilmu pengetahuan.
b)      Pelajaran logika menambah daya berpikir abstrak dan dengan demikian melatih dan mengembangkan daya pemikiran dan menimbulkan disiplin intelektual
c)      Logika mencegah kita tersesat oleh segala sesuatu yang kita peroleh berdasarkan penguasaan
            Manfaat yang paling asasi mempelajari ilmu logika adalah untuk membuat seseorang mampu membedakan antara berpikir yang benar dan oleh karenanya akan menghasilkan kesimpulan yang benar dan terhindar dari kesimpulan yang salah. Sebab logika merupakan bentuk  kegiatan akal / rasio manusia dengan mana pengetahuan yang kita terima melalui panca indra diolah dan ditunjukkan untuk mencapai sebuah kebenaran. Logika sangat penting, karena dengan logika kita dapat mengatur berbagai pesoalan yang ada dalam kehidupan terutama dalam dunia pendidikan.

B.     SARAN
            Semoga cakrawala kesadaran pengetahuan dan wawasan kita semakin luas serta kita semakin melihat kebutuhan akan pendalaman dan penguasaan logika sebagai salah satu tuntunan yang asasi untuk mencerdaskan bangsa dan memanusiakan manusia yang menjadi tujuan seluruh kegiatan pembangunan nasional Indonesia.


[1] DR. W. Poespoprojo, S.H, Logika Scientifika, (Jakarta: CV Pustaka Setia) cet. 1, 1999, hlm. 16
[2]  Ibid, hlm.17           
[3] Partap Sing Mehra,M.A,  Pengantar logika tradisional, (Bandung: Bina Cipta ) 1988,  hal:12
[4] Rumah makalah.blogspot.com/2008/11/logika-arti-sejarah-objek-pembagian-dan.html
[5] Lihat artikel, Ziyanul. Com. Manfaat mempelajari logika                       
[6] Drs. Mundiri, Logika, ( Jakarta: . Raja Grafindo Persada) cet. 3, 1998,  hal. 18 
[7] ibid, hlm. 13
[8] DR. W. Poespoprojo, S.H, Logika Scientifika, (Jakarta: CV Pustaka Setia) cet. 1, 1999, hlm. 57
[9] Ibid, hlm. 58-59

Makna Tahlilan

  PROSESI DAN MAKNA TAHLILAN DI DESA KLORON PLERET BANTUL SETIONO    A.    Latar Belakang Tahlilan sangat erat sekali kaitannya de...