Kamis, 07 April 2016

Psikoterapi dalam Islam



Psikoterapi dalam Perspektif Psikologi Islam (review)
Oleh: SETIONO


A.    Latar Belakang
Upaya mendekatkan antara psikologi dengan agama, telah dilakukan oleh para filosof dan psikolog. Berkaitan dengan perspektif ini, ajaran islam memiliki hubungan yang erat dan mendalam dengan ilmu jiwa dalam soal pendidikan akhlak dan pembinaan mental.
Tujuan keduanya adalah untuk mencapai kesejahteraan jiwa dan ketinggian akhlak. Secara luas pendidikan akhlak dan pembinaan mental dalam psikologi agama ataupun psikologi islam bertujuan mendidik, dan mengajar manusia, membersihkan dan menyucikan jiwanya serta membina kehidupan mental spiritualnya. Oleh karena itu, dalam psikologi agama dan atau psikologi islam, banyak ajaran islam yang dijadikan petunjuk dan ketentuan yang berhubungan dengan pendidikan yang berhubungan dengan jiwa seseorang.
Psikoterapi dalam ajaran islam juga memberikan bimbingan dalam proses pendidikan melepaskan diri dari pengaruh-pengaruh negatif yang senantiasa mengganggu eksistensi kepribadian yang selalu cenderung untuk taat dan patuh kepada Tuhannya. Untuk melepaskan diri dari pengaruh-pengaruh negatif tersebut, psikologi agama dan psikologi islam memiliki andil yang cukup besar dan berperan serta dalam memeberikan solusi dalam mengatasi setiap permasalahan yang berkaitan dengan jiwa.
Melihat pentingnya psikoterapi dalam membentuk pribadi yang utuh dan dapat menggunakan kemampuan serta kesempatan, juga sikap tenang dan seimbang sehingga dapat mencapai kebahagiaan lahir dan batin, maka seorang muslim sudah barang tentu  akan berpegang teguh pada falsafah hidupnya yaitu ayat-ayat Qur’aniyah dan ayat-ayat kauniyah. Kebahagiaan itu bukan hanya kesempurnaan interpersonal-relationship dan interaksi dengan kosmos, tetapi dengan sang prima cause (pencipta).
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang menjadi pembahasan dalam makalah ini adalah:
1.            Apa yang dimaksud dengan Psikoterapi?
2.            Bagaimana bentuk dan teknik psikoterapi?



BAB II
PSIKOTERAPI

A.    Pengertian Psikoterapi
            Psikoterapi (psychotherapy) adalah pengobatan alam pikiran. Atau lebih tepatnya, pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis. Istilah ini mencakup berbagai teknik yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan emosionalnya. Dengan cara memodifikasi perilaku, pikiran, dan emosi, sehingga individu tersebut mampu mengembangkan diri mengatasi masalah psikisnya.
            James P.Chaplin lebih jauh membagi pengertian psikoterapi dalam dua sudut pandang. Secara khusus, psikoterapi diartikan sebagai penerapan teknik khusus pada penyembuhan penyakit mental atau kesulitan-kesulitan penyesuaian diri setiap hari. Secara luas, psikoterapi mencakup penyembuhan lewat keyakinan agama, melalui pembicaraan informal atau diskusi personal dengan guru atau teman. Pada pengertian ini, psikoterapi selain digunakan untuk penyembuhan penyakit mental, juga dapat digunakan untuk membantu, mempertahankan dan mengembangkan integritas jiwa, agar ia tetap tumbuh secara sehat dan memiliki kemampuan penyesuaian diri lebih efektif terhadap lingkungannya.
            Menurut Carl Gustav Jung, psikoterapi telah melampaui asal-usul medisnya, dan tak lagi merupakan suatu metode perawatan orang sakit. Psikoterapi kini digunakan untuk orang yang sehat, atau pada mereka yang mempunyai hak atas kesehatan psikis yang penderitaannya menyiksa kita semua. Berdasarkan pendapat Jung ini, bangunan psikoterapi selain digunakan untuk fungsi kuratif (penyembuhan), juga berfungsi preventif (pencegahan) dan konstruktif (pemeliharaan dan pengembangan jiwa yang sehat). Ketiga fungsi tersebut mengisyaratkan bahwa usaha-usaha untuk berkonsultasi pada psikiater, tak hanya ketika psikis seseorang dalam kondisi sakit. Alangkah lebih baik jika dilakukan sebelum datangnya gejala atau penyakit mental, karena hal itu dapat membangun kepribadian yang sempurna.
            Banyak keguanaan dalam pengetahuan tentang psikoterapi. Pertama, membantu penderita dalam memahami dirinya, mengetahui sumber-sumber psikopatologi dan kesulitan penyesuaian diri, serta memberikan perspektif masa depan yang lebih cerah dalam kehidupan jiwanya. Kedua, membantu penderita dalam mendiagnosis bentuk-bentuk psikopatologi. Ketiga, membantu penderita menentukan langkah-langkah praktis dan pelaksanaan terapinya.
B.     Bentuk dan Teknik Psikoterapi
            Setelah mempelajari teks-teks al-Qur`an, Muhammad Abdul al-Aziz Al-Khalidi, membagi obat (syifâ`) dengan dua bagian: Pertama, obat hissi, yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit fisik. Seperti berobat dengan air, madu, atau buah-buahan yang telah disebutkan dalam Al-Qur`an. Kedua, obat ma’nawi. Yaitu obat yang dapat menyembuhkan penyakit ruh dan kalbu manusia, seperti doa-doa dan isi kandungan dalam al-Qur`an. Pembagian kategori ini didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat dua substansi yang bergabung menjadi satu. Yaitu jasmani dan ruhani. Masing-masing substansi memiliki Sunnah (hukum) tersendiri, yang berbeda satu dengan lainnya.
            Kelainan (penyakit) yang terjadi pada aspek jasmani, harus ditempuh melalui Sunnah pengobatan hissi, bukan dengan Sunnah pengobatan maknawi seperti berdoa. Tanpa menempuh Sunnah ini, maka kelainan yang ada tak akan sembuh. Permasalahannya menjadi lain, jika yang mendapat kelainan itu berupa kepribadian (tingkah laku) manusia (personality disorder), seperti paranoid, schizoid, eksploisif, histerik, maupun anti sosial. Dan kepribadian merupakan produk fitrah nafsani (jasmani-ruhani). Dengan aspek ruhani sebagai esensinya, dan aspek jasmani menjadi alat aktualisasi. Karena kedudukan seperti ini, maka kelainan kepribadian manusia tak akan dapat disembuhkan dengan Sunnah pengobatan hissi, tapi harus dengan maknawi. Demikian juga, kelainan jasmani sering disebabkan oleh kelainan ruhani, dan cara pengobatannya pun harus dengan Sunnah pengobatan maknawi pula.
            Dokter sekaligus filosof Muslim yang pertama kali memfungsikan pengetahuan jiwa untuk pengobatan medis adalah Abu Bakar Muhammad Zakaria ar-Razi (864-925). Menurut ar-Razi, tugas seorang dokter di samping mengetahui kesehatan jasmani (ath-thibb al-jismâni), ia dituntut pula mengetahui kesehatan jiwa (ath-thibb ar-rûhâni). Hal ini untuk menjaga keseimbangan jiwa dalam melakukan aktivitas-aktivitasnya, supaya tidak terjadi keadaan minus atau berlebihan. Berkat konsep ini, ar-Razi menyusun dua buku terkenal, yaitu ath-Thibb al-Manshûriyyah (Kesehatan al-Manshur), yang menjelaskan pengobatan jasmani, dan ath-Thibb ar-Rûhâni (kesehatan mental) yang menerangkan pengobatan jiwa.
            Pemaparan diatas memperlihatkan penting pengetahuan tentang psikis. Karena pengetahuan ini tak sekadar berfungsi untuk memahami kepribadian manusia, tapi juga untuk pengobatan penyakit jasmani dan ruhani. Banyak di antara penyakit jasmani, seperti kelainan fungsi pernapasan, usus perut, dan sebagainya, justru diakibatkan oleh kelainan jiwa manusia. Penyakit jiwa seperti stres, was-was, dengki, iri hati, kemunafikan, dan sebagainya, sering menjadi penyebab utama penyakit jasmani. Ketika penyakit-penyakit jiwa itu kambuh, maka kondisi emosi seseorang akan labil dan tak terkendali. Kelabilan jiwa inilah yang akan mempengaruhi syaraf dan fungsi organ, sehingga terjadi penyempitan di saluran pernapasan, atau usus perut yang mengakibatkan penyakit jasmani.
            Diskursus kesehatan mental (mental health) kontemporer, telah menemukan suatu jenis penyakit yang disebut dengan psikosomatik (psychosomatic disorders). Penyakit ini ditandai dengan keluhan-keluhan dan kelainan-kelainan pada alat tubuh, misalnya jantung, alat pernapasan, saluran perut, kelamin dan sebagainya. Kelainan ini disebabkan oleh faktor emosional melalui syaraf-syaraf otonom. Kelainan emosional ini akan menimbulkan perubahan-perubahan struktur anatomik yang tidak dapat pulih kembali. Tanda-tanda dari penyakit ini adalah jantung dirasakan berdebar-debar (palpitasi), denyut jantung tidak teratur (arrhythmia), pendek napas (shortnes of breath), kelesuhan yang amat hebat (fatique), pingsan (faiting), sukar tidur (insomnia), tidak bernafsu makan (anoxia nervosa), impotensi dan frigiditas pada alat kelamin. Diduga keras, penyebab utama penyakit-penyakit ini adalah perasaan resah dan kecemasan (anxiety).
            Ibnu Qayyim al-Jauzi dalam Ighâtsah al-Lahfân, lebih spesifik membagi psikoterapi dalam dua kategori. Yaitu tâbi’iyyah dan syar’iyyah. Psikoterapi tâbi’iyyah adalah pengobatan secara psikologis terhadap penyakit yang gejalanya dapat diamati dan dirasakan oleh penderitanya dalam kondisi tertentu. Seperti perasaan kecemasan, kegelisahan, kesedihan, dan amarah. Penyembuhannya dengan cara menghilangkan sebab-sebabnya. Sementara psikoterapi syar’iyyah adalah pengobatan secara psikologis terhadap penyakit yang gejalanya tak dapat diamati dan dirasakan oleh penderitanya dalam kondisi tertentu. Tapi ia benar-benar penyakit berbahaya, yang dapat merusak kalbu seseorang. Seperti penyakit yang ditimbulkan dari kebodohan, syubhat, keragu-raguan, dan syahwat.
            Pengobatannya adalah dengan penanamaan syari’ah yang datangnya dari Allah SWT. Hal itu dipahami dari firman-Nya, “Barangsiapa yang Allah kehendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia lapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak dan sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (Qs. al-An’am : 125)
            Muhammad Mahmud Mahmud, seorang psikolog muslim ternama, membagi psikoterapi Islam dalam dua kategori. Pertama, bersifat duniawi. Berupa pendekatan dan teknik-teknik pengobatan yang dilakukan setelah memahami psikopatologi dalam kehidupan nyata. Kedua, bersifat ukhrawi. Berupa bimbingan mengenai nilai-nilai moral, spiritual, dan agama. Model psikoterapi yang pertama, lebih banyak digunakan untuk penyembuhan dan pengobatan psikopatologi yang biasa menimpa pada sistem kehidupan duniawi manusia. Seperti neurasthenia, hysteria, psychasthenia, schizophrenia, manic depressive psychosis, kelainan seks, paranoia, psychosomatik, dan sebagainya.
Sementara kegunaan psikoterapi itu sendiri, menurut Muhammad Mahmud, adalah:
1.   Membantu penderita dalam memahami diri sendiri, mengetahui sumber patalogi dan kesulitannya, serta memberikan perspektif masa depannya.
2.   Membantu penderita dalam menentukan bentuk-bentuk patologinya.
3.   Membantu penderita dalam menentukan langkah-langkah dan pelaksanaannya.
Pada umunya psikolog kontemporer menggunakan pendekatan empirik dalam menganalisis patologi pasiennya. Freud, misalnya, menggunakan otobiografi pasien untuk menentukan terapi yang tepat. Sementara terapi yang digunakan dalam bentuk hipnotis, katarsis, asosiasi bebas, dan analisis mimpi. Bentuk teknik ini dilakukan secara bertahap dan berurutan.
1. Hipnotis
Terapi ini biasanya dilakukan oleh psikiater dengan cara menghilangkan ingatan-ingatan pasien yang mengandung simtom-simtom, kemudian memberikan ingatan baru yang dapat memulihkan kesehatan pasien.

2. Catharsis
Yaitu pengobatan dengan cara berbicara (talking cure). Cara kerja teknik ini yaitu dengan menyuruh pasien untuk menceritakan simtom yang dideritanya secara rinci yang terdapat dalam jiwanya. Setelah simtom tersebut muncul, kemudian segera dihilangkan.
3. Asosiasi Bebas
Yaitu dengan membiarkan pasien menceritakan seluruh pengalamannya, baik simtom maupun tidak. Cerita yang dikemukakan tidak mesti harus logis, teratur atau penuh arti. Apa pun isi cerita tersebut harus dikeluarkan, tidak terkecuali yang memalukan yang selama ini mungkin terpendam.
4. Analisis mimpi
Mimpi merupakan bentuk, isi dan kegiatan dari jiwa seseorang. Oleh karena itu, dengan menggunakan metode ini, diharapkan akan diketahui rahasia pasien yang paling dalam.
            Menurut Atkinson terdapat enam teknik psikoterapi yang digunakan oleh para psikiater diantaranya yaitu teknik terapi psikoanalisis, teknik terapi prilaku, teknik kognitif perilaku, teknik terapi humanistik, teknik terapi integratif, dan teknik tarapi kelompok dan keluarga. Sedangkan menurut Islam teknik psikoterapi ada lima macam yaitu membaca al-Qur’an, sholat malam, bergaul dengan orang sholeh, puasa, dan dzikir.

C.    Analisis
Pembahasan tentang psikoterapi dalam psikologi Islam, tak jauh berbeda dengan psikoterapi secara umum. Psikoterapi secara umum sering kali mencakup teknik untuk meningkatkan kesadaran dan kapasitas untuk diri, pengamatan, mengubah perilaku dan kognisi, dan mengembangkan wawasan dan empati.
Psikoterapi dalam psikologi Islam menerapkan teknik-teknik peribadatan. Seperti yang telah disebutkan di atas yang biasa disebut dengan istilah tombo ati. Sama halnya dengan terapi Gestalt, terapi gestalt yang pendirinya Frederick dan Laura Perls, menyebutnya terapi konsentrasi. Terapi konsentrasi jika dikaitkan dengan teknik yang disebut tombo ati itu juga merupakan perilaku untuk membentuk suatu konsentrasi, seperti halnya dzikir. 
Psikoterapi sangat berguna untuk membantu penderita dalam memahami dirinya, mengetahui sumber-sumber psikopatologi dan kesulitan penyesuaian diri, memberi perspektif masa depan yang lebih cerah. Membantu penderita mendiagnosis bentuk-bentuk psikopatologi. Serta membantu penderita menentukan langkah-langkah praktis dan pelaksanaan pengobatannya. Dengan adanya psikoterapi kita juga dapat mengetahui bahwa penyakit-penyakit jasmani yang muncul juga terkadang merupakan dampak dari kelainan ruhani seseorang, artinya psikoterapi juga dapat kita masukkan sebagai salah satu metode penyembuhan penyakit jasmani meskipun juga harus melalui metode maknawi pula.
Psikoterapi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sosial bermasyarakat dan beragama, karena psikoterapi tidak hanya pengetahuan mengenai psikis dan kepribadian seseorang namun juga menyangkut kesehatan jasmani maupun rohani yang saling terkait satu sama lain. Psikoterapi berperan penting dalam menyembuhkan penyakit baik jasmani maupun ruhani seperti yang telah kita bahas, dalam islam kita telah mengenal metode pengobatan hati yang sangat populer yaitu tombok ati. Ini merupakan metode psikoterapi yang sangat bagus, karena dengan ini seseorang tidak hanya sembuh dari penyakit ataupun kelainan yang diderita tapi juga semakin memperkuat kadar keimanan orang tersebut. Jadi psikoterapi dalam islam tidak hanya sebatas menyembuhkan namun juga meningkatkan kadar keimanan, karena bentuk pengobatannya yang bersifat ibadah. Sementara psikoterapi yang lebih umum lebih menggunakan metode-metode logika, sosial, berbicara langsung dan juga dengan melihat permasalahan pada penderita. Meskipun ada juga yang melalui cara-cara keyakinan agama seperti yang diungkapkan oleh James P.Chaplin. Walaupun demikian pada dasarnya tujuan psikoterapi adalah sama yaitu untuk mewujudkan pribadi yang berakhlak mulia, memiliki mental yang baik dan juga kesehatan jiwa, sehingga dapat menangani masalah yang sedang dihadapi dan memiliki pemikiran yang bersih dari pengaruh hal-hal negatif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makna Tahlilan

  PROSESI DAN MAKNA TAHLILAN DI DESA KLORON PLERET BANTUL SETIONO    A.    Latar Belakang Tahlilan sangat erat sekali kaitannya de...