ZAMAN ISLAM DI JAWA
OLEH:
SETIONO
Islam berkembang di jawa begitu
banyak tersebar di seluruh nusantara. Bahkan Islam berkembang yang kita
ketahui, bahwa Islam awal mulanya muncul melalui perdagangan yang dibawa oleh
orang-orang dari Gujarat. Dari hal tersebut, mulailah adanya kebudayaan islam.
Kebudayaan islam itu sendiri ada dua ciri yang cukup moderat yaitu bernafaskan
tauhid dan hasil buah pikiran (dan pengelolahannya untuk kesejahteraan umat manusia).
Berbicara
tentang zaman Islam di Jawa, sangat menarik. Karena Islam di Jawa cukup unik,
sebab Islam di Jawa dipengaruhi dua kebudayaan yaitu kebudayaan Hindhu dan
Budha. Sehingga Islam di Jawa sangat kental dengan tradisi ataupun adat yang
telah ada sejak dulu sebelum Islam masuk ke Pulau Jawa. Islam di Jawa mulai
berkembang dengan adanya kerajaan-kerajaan Islam yang muncul dan dengan
datangnya para wali sanga serta sultan-sultan yang menganut Islam. Bukti adanya
Islam telah ada yaitu dengan adanya batu nisan raja-raja yang menganut Islam.
Walaupun hal itu sebagai awal diperkirakannya awal mula adanya Islam masuk ke Indonesia,
akan tetapi hal itu masih adanya simpang siur. Ada yang mengirakan Islam muncul
pada masa itu ataupun sebelumnya. Islam mulai lebih dikenal dengan adanya
sastra Melayu yang awal munculnya menjadi peradaban Islam di Indonesia (abad 16
dan 17 M). Dengan hal itu mengakibatkan munculnya sastra Islam, dimana Islam
dan Melayu kemudian menjadi dwitunggal yang tidak dapat dipisahkan. Islam mulai
diterima di daerah-daerah pesisir dengan penuh kegairahan oleh masyarakat.
Sebenarnya pada saat itu banyak guru-guru tarekat yang menjadi penyebar agama
bahkan ada faktor politik ataupun persaingan. Akan tetapi bagi kalangan
pesantren agamalah yang menjadi prioritas utama, sedangkan kekuasaan politik
tabir penghalang.
Ketika
membahas tentang sastra, budaya Islam, dan kejawen itu akan menghasilkan suatu
interaksi yang dapat melahairkan pemahaman. Pemahaman itu bahwa dalam suatu
sastra Jawa Pesantrenan, bahasa dan sastra Jawa dijadikan sebagai suatu wadah
untuk memperkenalkan ajaran-ajaran Islam. Sedangkan dalam sastra Islam-Kejawen
unsure-unsur sufisme dan ajaran budi luhurnya diserap oleh sastrawan Jawa untuk
mengislamkan warisan sastra Jawa pada
masa Hindhu. Dari hal itu bisa membawa Islam lebih maju dan berkembang pesat, karena
dengan adanya keterbukaan terhadap unsure-unsur dinamis kebudayaan Barat. Akan
tetapi hal itu bisa berhasil, jika umat Islam lebih pandai dalam berpikir
secara ilmiah. Sehingga dapat diperkirakan Islam yang datang ke Indonesia
memiliki corak sufistik. Bahwasannya alam pikiran sufisme dengan paham ruh
aktifnya selaras dengan alam pikiran animism-dinamisme. Maka dari itu, agama
Islam disambut sebagai penyempurna warisan budaya mereka. Apalagi dengan adanya
mitos wali-wali, tentu memperoleh sambutan hangat dikalangan masyarakat pesisir
maupun pedesaan. Perlu di ingat bahwa penyebaran agama Islam melalui dakwah dan
pendidikan bergerak perlahan dari daerah-daerah pesisir maupun pedesaan. Dengan
dakwalah Islam di Jawa berkembang sangat cepat, di karenakan dalam Islam tidak
ada paksaan. Seperti halnya, dakwah yang dibawakan oleh Sunan Kalijaga dengan
penuh keselarasan, mudah diterima, dan menyesuaikan keadaan ataupun kebudayaan
(tradisi) pada masyarakat setempat. Serta meluruskan hal-hal yang tidak sesuai
dengan ajaran Islam. Demikian pula dongeng tentang Wali Sanga menurut hipotesis
G.W.J Drewes adalah merupakan kecerdikan para sastrawan Jawa dalam membungkus
kepercayaan Jawata Sanga dengan kemasan Islam. Maka, pergulatan budaya
intelektual antara Islam dan budaya Jawa sangatlah rumit. Karena mereka masih
sibuk mencerna budaya Islam Timur Tengah melalui kitab-kitab berbahasa Arab.
Maksudnya para kyai hanya menggunakan buku-buku yang berbasis bahasa Arab dalam
mengajarkannya kepada santrinya. Sehingga mereka kurang mampu mengolah ajaran
tersebut.
Penyebaran
agama Islam yang pada mulanya terpusatkan di daerah-daerah pesisir, akhirnya
mendapat sambutan positif dari para kepala daerah. Sehingga dapat dikatakan
bahwa tidak ada sangka politik, karena umat Islam sudah terbiasa diperintah
oleh raja-raja yang beragama Islam. Mungkin politik itu ada, akan tetapi
politik tidak di utamakan dimasa itu. Karena pada saat itu Islam hanya ingin
menyejahterahkan umat dan meluruskan aqidah.
Islam
berkembang di Indonesia melalu
perdagangan, bukan melalui penaklukan. Hubungan perdagangan ini semula
merupakan tulang punggung bagi penyebaran Islam di kepulauan Nusantara,
termasuk di Jawa. Sejak abad ke-16 perdangan ini direbut oleh orang barat atau
kolonial barat yang beragama Kristen. Dengan hal itu Islam menjadi suatu symbol
nasionalisme yang religius. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa
Islam di Jawa berkembang dengan adanya perdagangan bukan penaklukan. Islam di
Jawa berkembang juga melalui dakwahnya para wali sanga, dengan tanpa adanya
paksaan. Begitu pula Islam di Jawa masih benyak yang memiliki pemahaman tentang
animisme dan dinamisme. Sehingga tradisi di Jawa tetap selalu hidup dalam
lingkungan masyarakat. Sebab semua hal itu dipengaruhi adanya kebudayaan atau
warisan dari Hindhu dan Budha. Islam di Jawa juga diterima dengan penuh
kegairahan oleh masyarakat, sehingga Islam di Jawa penuh keunikan. Karena ada
faktor politik, sosial, serta tradisi ataupun warisan dari budaya yang telah
ada sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar