Jumat, 30 September 2016

Tafsir Al Baqarah 118-121




AYAT 118
tوَقَالَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ لَوْلَا يُكَلِّمُنَا اللَّهُ أَوْ تَأْتِينَا آَيَةٌ كَذَلِكَ قَالَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِثْلَ قَوْلِهِمْ تَشَابَهَتْ قُلُوبُهُمْ قَدْ بَيَّنَّا الْآَيَاتِ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ (118) [البقرة/118]

“Dan orang-orangyang tidak mengetahui berkata: 'Mengapa Allah tidak berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?” Demikian pula orang-orangyang sebelum mereka telah mengucapkan seperti ucapan mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang mau meyakini.”
Ayat ini adalah lanjutan dari ucapan sesat dan bodoh, yang diucapkanoleh orang-orang kafir. Kalau sebelumnya mereka menduga Allah memililkianak, di sini mereka-yakni Barn Isra'il dan kaum musyrik Mekah-mempertanyakan sebab mengapa Allah swt. tidak berbicara langsung denganmereka: Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata, mengapa kami tidakmendengar suara Allah? Mengapa Allah tidak berdialog dan berbicara langsungdengan kami dalam menyampaikan perintah dan tuntunan-Nya? Mengapaharus melalui Nabi Muhammad saw.? Atau paling tidak, datang tanda-tandakekuasaan-Nya kepada kami, yakni mereka menuntut bukri yang bersifatindrawi, yang dapat mereka lihat, raba atau dengar. Itu permintaan merekauntuk dapat percaya.
Sebelum menjawab, Allah terlebih dahulu menghibur Nabi-Nyadengan berfirman: Demikian pula orang-orangyang sebelum mereka (antara lainleluhur Bani Isra’il yang hidup pada masa Nabi Musa as.) ada yang telahmengucapkan seperti ucapan mereka itu kepada nabi-nabi sebelummu wahaiMuhammad. Leluhur orang Yahudi yang mengajukan permintaan di atas,pernah Juga meminta kepada Nabi Musa as. agar diperlihatkan Tuhan kepadamereka. Mereka berkata, “Kami tidak akan percaya kalau kami tidak melihat Allah secara terang.” (QS. al-Baqarah [2]: 55). Persamaan ucapan dan keinginanitu, menurut lanjutan ayat yang dibahas ini, karena hati mereka serupa dalamkesesatan dan sikap kepala batu.
 Mengapa Allah tidak memberi bukti-bukti yang bersifat indrawi? Di tempat lain, Allah menjelaskan bahwa, "Sekali-kali tidak adayang menghalangi Kami untuk mengirimkan kepada mereka tanda-tanda kekuasadn Kami yangbersifat indrawi, melainkan karena tanda-tanda itu telah kami paparkan,tetapi didustakan oleh orang-orang dahulu yang sifat mereka sama dengan yangmeminta kepadamu sekarang. Sebagai contoh, Kami telah berikan kepada Tsamud, unta-yang Kami ciptakan dari batu -yang mengeluarkan susuyang dapat mereka minum sebagai mukjizat indrawi yang sangatjelas. Tetapimereka lalu menganiaya unta betina itu, dan mereka tetap tidak beriman. Kalausekarang kami penuhi permintaan mereka, hasilnya akan sama saja, merekapun tidak akan beriman (baca QS. al-Isra" [17]: 59).
Ayat 118 ini ditutup dengan menyatakan bahwa “Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang mau meyakini.”Yakni, sebenarnya aneka bukti rasional telah Allah kemukakan, baik dalamkitab suci yang terbaca, maupun “kitab alam” yang terhampar. Bukti-buktitelah Allah jelaskan dengan bahasa dan cara-Nya, juga dengan bahasa Rasul,serta para ulama, dan cendekiawan. Itu makna kata "Kami" pada ayat diatas. Bahkan, tantangan kepada yang ragu untuk membuat semacam al-Qur’an walau satu surat pun telah pula dipaparkan, tetapi mereka tetaptidak mau percaya.
Sebenarnya, kalau mereka mau memperhatikan tanda-tanda yangdisajikan Allah itu, atau yang dijelaskan oleh Rasul dan para cerdik pandai (ulama), bukan saja mereka akan percaya, tetapi mereka akan yaldn, yaknihati mereka akan sangat mantap menerimanya. Tidak akan ada sedildt punkeraguan yang menyentuhnya. Orang yang yakin, tidak akan bergemingdengan alasan apapun yang dikemukakan untuk mengurangi keyakinannya,dan ddak perlu pula ia meninjau ulang keyakinan itu. Ayat ini sekaligusmerupakan penjelasan yang membukdkan bahwa Nabi Muhammad saw.adalah Rasul pilihan Allah.
Untuk mempertegas makna ayat tersebut sambil menunjukkan bahwa mereka tidak wajar untuk diajak berdiskusi, karena mereka melecehkan aneka bukti dan argumentasi, maka ayat berikut menyatakan:

AYAT 119
! إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَا تُسْأَلُ عَنْ أَصْحَابِ الْجَحِيمِ (119) [البقرة/119]
“Sesungguhnya Kami telah mengutusmu dengan iiacf; sebagai pembawa berita gembira
dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungawaban) tentang penghuni-penghuni neraka.”
Anda lihat, ayat ini ddak ditujukan atau bebicara tentang mereka. Redaksinya ditujukan langsung kepada Nabi Muhammad saw. yang disertaidengan kata yang mengandung pengukuhan, Sesungguhnya, dan penegasanbahwa Kami telah mengutusmu hai Nabi Muhammad denganhaq yakni denganbenar dan membawa kebenaran. Pemilihan beliau sebagai Rasul adalahbenar dan haq. Risalah dan ajaran yang disampaikan-Nya juga benar danhaq, karena semuanya dari Kami, yakni Allah swt.
Keengganan mereka untuk percaya, sangat menyedihkan bahkanmerisaukan Nabi saw. Karena itu Nabi Muhammad diingatkan bahwaengkau hanya Kami tugaskan sebagai pembawa berita gembira dan pemberiperingatan. Dan karena itu pula, penutup ayat ini menghibur beliau bahwa, “Dan kamu wahai Muhammad tidak akan diminta pertanggungjawaban tentangpenghuni-penghuni neraka.”Yakni, mereka yang mengingkari risalahmu danmenolak al-Qur'an sebagai firman Allah adalah penghuni-penghuni neraka.Karena mereka penghuni neraka, maka wajar Jika mereka tidak berimankepadamu.

AYAT 120

وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ (120) [البقرة/120]

“Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (sepanjang masa)hingga engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah kamu: "Sesungguhnya petunjukAllah itulah petunjuk (yang benar).” Demi, Sesungguhnya jika engkau mengikutikemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagimenjadi pelindung dan penolong bagimu.”
Ayat yang lalu menghilangkan kerisauan Nabi saw. disebabkan olehkeengganan orang-orang Yahudi untuk beriman kepada beliau, bahwa beliautidak akan dituntut untuk mempertanggungjawabkan keengganan itu. Padaayat ini, keengganan orang-orang Yahudi dan Nasrani- walau bukansemuanya-untuk mengikuti ajakan Nabi Muhammad saw. lebih dipertegaslagi. Atau, ayat yang lalu menjelaskan bahwa Nabi Muhammad saw. Diutusuntuk menyampaikan berita gembira dan peringatan kepada semua pihak,dan karena semsetinya yang diberi berita gembira atau diberi peringatanakan menyambut dengan baik siapa yang menyampaikannya kepadanya,maka melalui ayat ini Allah menyampaikan bahwa tidak semua akan senangdan bergembira. Orang-orang beriman akan sangat rela dan senang denganberita gembiradan peringatanmu dan sebagian orang-orang yang beragamaYahudi dan beragama Nasrani tidak akan rela kepadamu wahai Muhammadsepanjang masa hingga engkau hanya memberi berita gembira kepadamerekadan ajaran yang mereka anut, dan ini tidak dapat terjadi kecuali jika engkaumengikuti agama mereka serta menyetujui perubahan petunjuk-petunjuk Ilahiyang mereka lakukan.
 Nabi Muhammad saw. yang dikenal sangat ingin agar semua manusiamemeluk Islam, seakan-akan bertanya: Jika demikian apa yang saya harus katakan kepada mereka? Beliau dituntun: Katakanlah kamu: "Sesungguhnyapetunjuk Allah yang dianugerahkan kepada nabi-nabi sebelum aku dansebelum kamu, serta petunjuk-petunjuk yang disampaikan-Nya kepadaku itulah petunjuki yang menyeluruh sempurna dan benar; yang bertentangandengannya pastilah kesesatan."
 Selanjutnya Allah memperingatkan Nabi Muhammad saw. Besertaseluruh umat Islam bahwa Demi keagungan Allah, Sesungguhnya jika engkauseandainya mengikuti kemauan mereka yang sesat itu setelah pengetahuan yakni wahyu-wahyu Allah serta petunjuk nalar yang sehat datang kepadamu, makaAllah tidak lagi menjadi pelindung sedikit pun dan penolong bagmu.
 Ayat di atas menyatakan bahwa mereka sama sekali tidak akanmeninggalkan agama mereka walaupun Nabi Muhammad saw. Mengajakmereka sekuat tenaga. Karena, bagaimana mungkin mereka akanmeninggalkan agama mereka, padahal mereka tidak rela kecuali jika NabiMuhammad saw. mengikud mereka, sedangkan buat Nabi Muhammad,mengikuti agama mereka adalah suatu yang mustahil. Jika demikian,mustahil mereka mengikuti agamamu wahai Muhammad. Demikianlahmaksud dari firman Allah swt. ayat 120 di atas.
 Ayat ini biasa Juga dipahami sebagai bukd bahwa semua orang Yahudidan Nasrani tidak rela kecuali jika kaum muslimin mengikuti agama mereka.Pemahaman semacam itu, tidak sejalan dengan redaksi dan hubungan ayat,tidak juga dengan makna yang dikemukakan oleh mayoritas ulama-ulamatafsir masa lalu seperti Fakhruddin ar-Razi, juga Tafsir yang sangat populerdan sederhana al-Jalalain dan ulama tafsir masa kini seperti Thahir Ibn "Asyurdalam tafsirnya, at-Tahrir, serta Muhammad Sayyid Thanthawi, mantanMufti Mesir yang kini adalah Syeikh Al-Azhar. Bahkan, ulama kontemporerini menulis bahwa, kata "hingga engkau mengikuti agama mereka" adalahkinayah, yakni tidak menyebutkan secara tegas apa yang dimaksud tetapimenyebut sesuatu yang lain yang dapat mengantarf kepada apa yangdimaksud. Redaksi ini menggambarkan keputusasaan menyangkutkemungkinan Ahl al-Kitab memeluk agama Islam. Jadi sekali lagi, ayat initidak dapat dijadikan dasar bahwa Ahl al-Kitab berusaha untukmengkristenkan umat Islam, apalagi me-Yahudi-kannya, karena agamaYahudi bukan agama misi. Bahwa ada yang berusaha untuk maksud tersebut,tentu saja tidak dapat disangkal, namun bukanlah ayat ini yang berbicaratentang hal tersebut.
Di sisi lain, karena ayat ini menggunakan redaksi yang menunjukkankepastian yang berlanjut terus menerus, tidak akan rela kepadamu (sepanjangmasa), sedang terbukti kemudian bahwa ada dari Barn Israeli yang memelukagama Islam, maka dengan demikian, yang dimaksud dengan orang Yahudidan Nasrani oleh ayat ini adalah orang-orang tertentu di antara mereka,bukan semua Ahl al-Kitab. Sedangkan makna sepanjang masa, dipahamidari kata ( لن) lan, yang digunakan ayat di atas.
Perlu juga digarisbawahi di sini, bahwa redaksi pernyataan, tidak akan rela. Ketika menggambarkan sikap orang Yahudi, ayat di atas menggunakankata lan yang berarti tidak akan untuk selama-lamanya, sedang ketidakrelaanorang-orang Nasrani digambarkan dengan kata ( لا ) la, yang berartimenafikan, tetapi ridak mengandung makna selama-lamanya. Perbedaankeduanya jelas sekali. Seandainya akan dipersamakan, maka ayat di atasdapat berbunyi "tidak akan rela atau tidak rela orang Yahudi dan Nasrani.”
Sebagian ulama berpendapat bahwa pembedaan itu dimaksudkanuntuk menunjukkan kemandirian sekaligus perbedaan masing-masing daridua kelompok Bani Isra'il atau Ahl al-Kitab itu, jika yang ini rela, yang itutidak rela. Hemat penulis, perbedaannya bukan hanya sampai di situ. Ayatini juga menunjukkan bahwa ada perbedaan antara Yahudi dan Nasranidalam sikap mereka terhadap Nabi Muhammad saw. dan ajaran beliau.
Untuk menjelaskan hal itu perlu terlebih dahulu diketahui, bahwamenurut pengamatan penults, al-Qur'an tidak menggunakan kata ( يهود)yahud/Yahudi kecuali dalam konteks kecaman terhadap sekelompok tertentudari Bani Israeli. Ini berbeda dengan penggunaan al-Qur’an untuk kata( نصارى) nashdra/Nasrani. Kata ini antara lain digunakan Juga menunjukkepada sekelompok Bani Isra'il pengikut Nabi 'Isa as. yang bersikapbersahabat terhadap orang-orang Islam (baca QS. al-Ma'idah [5]: 82).
Nah, karena al-Qur'an tidak menggunakan kata Yahudi kecualiterhadap kelompok Bani Isra'il yang memusuhi umat Islam, maka wajar jikaayat di atas menggunakan redaksi yang menginformasikan bahwa merekatidak akan rela untuk selama-lamanya terhadap Nabi Muhammad saw., adapunkaum Nasrani keadaan mereka tidak demikian. Dari sini, kata nashara padaayat di atas tidak menafikan kerelaan mereka untuk selama-kmanya. Perlujuga diingatkan kembali bahwa ayat-ayat di atas berbicara tentang orang-orang Yahudi dan Nasrani, yang hidup pada masa Rasul saw. Keadaanmereka sesudahnya tidak harus sama dengan masa ini. Hal ini, insya Allahakan diuraikan dalam ayat-ayat lain yang berbicara tentang Barn Isra'il.
Bagaimana sikap yang tepat dalam menghadapi mereka, seperd yang diuraikan oleh ayat 120 ini? Tuntunan ayat itu menyatakan: Katakanlah:"Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk yang benar." Petunjuk Allah hanyasatu. Ini dipahami dari penggunaan bentuk tunggal ( هو) huwa dan pada  kata ( هدى الله) huda Allah/petunjuk Allah, yakni berarti bahwa petunjuk itulah satu-satunya petunjuk yang sempuma. Tidak ada petunjuk yang benar, kecuali yang bersumber dari Allah serta nilai-nilai ajaran-Nya.
Selanjutnya, ayat ini mengingatkan kaum muslimin bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani yang dimaksud di atas, bukan hanyamempertahankan keyakinan mereka yang sesat, bahkan mereka juga akanberusaha agar Nabi Muhammad mengikud keinginan-keinginan yangdilahirkan oleh hawa nafsu mereka. Jika beliau mengikuti kemauan-kemauanhawa nafsu mereka, setelah pengetahuan datang kepada beliau, maka Allahtidak lagi akan menjadi pelindung dan penolong baginya. Keinginan merekaitu banyak dan bermacam-macam, sebagaimana dipahami dari penggunaankata (أهواء) ahwa’ yang menggunakan bentuk jamak (plural).
Redaksi ayat di atas tertuju kepada Nabi Muhammad saw. Manusia paling bertakwa pun diupayakan oleh orang Yahudi dan Nasrani itu untukdisesatkan, apalagi orang kebanyakan. Di sisi lain, Nabi Muhammad,kekasih Allah dan pilihan-Nya pun diancam oleh-Nya dengan ancamankeras bila mengikud mereka: "Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” Beliau saja diancam apalagi selain beliau. Sekali lagi, perlu diingatbahwa ayat ini bukan berbicara tentang semua Ahl al-Kitab
      Obyektivitas al-Qur^an terhadap mereka mencapai puncaknya padaayat berikut:

AYAT 121
t الَّذِينَ آَتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلَاوَتِهِ أُولَئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (121) [البقرة/121]

"Orang-orangyang telah Kami berikan al-Kitdb, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barang siapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”
  Setelah mengancam siapa di antara Ahl al-Kitab yang wajardiperingati dan diancam karena mengubah kandungan al-Kitab, dijelaskandi sini kelompok yang wajar mendapat berita gembira. Mereka adalah orang-orang yang telah Kami berikan al-Kitab yakni Taurat atau Taurat dan Injil,mereka membacanya dengan bacaanyang sebenarnya yakni mengikud tuntunannyasecara baik dan sempurna serta sesuai dengan apa yang diturunkan Allahtanpa melakukan atau mempercayai perubahan yang ada, mereka itu yakniyang sungguh dnggi kedudukannya di sisi Allah beriman kepadanya yaknikepada kitab suci itu atau kepada petunjuk Allah yang sempurna itu. Danbarang siapa yang ingkar kepadanya yakni kepada kitab suci atau petunjukAllah, maka mereka itulah bukan selain mereka orang-orang yang benar-benarrugi, celaka dan binasa."
Anda baca di atas, al-Qur'an ddak menggeneralisir. Ada kelompokdi antara Ahl al-Kitab yang sikapnya ddak seperd yang digambarkan olehayat sebelum ini. Memang kelompok ini tidak banyak, sebagaimanadiisyaratkan pada ayat-ayat yang lalu, misalnya ayat 100. Tetapi, betapapun kecilnya, mereka ada. Dan agar ddak menimbulkan kesalahan penilaian,surah al-Baqarah menggarisbawahi keberadaan mereka.
 Kalimat ( يتلونه حق تلاوته ) yatlunahu haqqa tilawatihi/ mereka membacanyadengan bacaan yang sebenarnya, yakni membaca al-Kitab, Taurat atau Injil.Redaksi yang mereka baca adalah redaksi asli kitab suci itu. Mereka jugamembaca dengan tekun sambil mempelajari secara sungguh-sungguhkandungannya, lalu mengikud bacaan itu dengan pengamalan yang benar.Ini dipahami demikian karena karena kata kerja ( يتلو) yatlu pada mulanyaberarti mengikuti. Yang membaca mengikud apa yang dibacanya huruf demihuruf dan membunyikan huruf-huruf itu dengan lidah atau hatinya. Darisini ia biasa diartikan membaca. Tetapi ia dapat juga berarti mengikutituntunannya dengan pengamalan. Penafsiran di atas menggabung kedua makna tersebut dan hal ini tidak bertentangan karena itu-dalam pandangan ulama-tidak ada salahnya menggabung sekian makna yang berbeda selama makna-makna itu tidak bertentangan.

Tafsir Al Baqarah Ayat 79-83

TAFSIR AL MISBAH
Al Baqarah : 79-83



Kata (اميون ) ummiyyun mengandung arti orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan tentang kitab suci bahkan mereka yang buta huruf. Ummiyyun terambil dari kata (ام )umm, yakni ibu. Seakan-akan keadaan mereka dari segi pengetahuan sama dengan keadaannya ketika baru dilahirkan oleh ibunya.
            Ayat ini merupakan alasan ketiga mengapa Nabi dan umat Islam diperingatkan agar jangan mengharap banyak menyangkut keimanan orang-orang Yahudi, yaitu karena ada di antara mereka tidak mengetahui al-Kitab yakni Taurat dan kandungannya, sehingga keadaan mereka tidak seperti yang mengetahui  dari kitab suci Taurat bahwa Nabi Muhammad saw. adalah utusan Allah. Jika hanya tidak mengetahui tentang hal itu, boleh jadi masih memungkinkan mereka beriman.Tetapi sebenarnya keadaan mereka lebih dari itu, sebagaimana bunyi lanjutan ayat yakni yang mereka ketahui atau yakni hanyalah amaanii yakni angan-angan belaka.
            Kata (اماني ) amani adalah bentuk jamak dari (امنية ) umniyyah yang dapat berarti angan-angan, harapan-harapan kosong, dongeng-dongeng, atau kebohongan. Dapat juga berarti bacaan tanpa upaya pemahaman atau penghayatan. Seorang berbohong, karena dia mengharapkan sesuatu sesuai dengan apa yang diberitakannya. Harapan yang tidak tercapai juga dapat mendorong si pengharap berbohong atau membohongi dirinya sendiri dengan membayangkan yang tidak terdapat di dunia nyata.Keyakinan yang batil adalah kebohongan atau hal-hal yang dianggap oleh yang bersangkutan sebagai sesuatu yang hak dan benar padahal dia tidak demikian. Membaca sesuatu tanpa dipahami atau tanpa dihayati tujuannya sama saja dengan bohong. Begitulah kata amani pada akhirnya mengandung makna kebohongan.
            Demikianlah kelompok ummiyyun itu hanya memiliki harapan-harapan kosong yang tidak berdasar, misalnya bahwa yang masuk urge hanya orang-orang Yahudi, atau bahwa mereka tidak disiksa di neraka kecuali beberapa hari.Mereka itu hanya percaya dongeng, takhayul dan khurafat yang diajarkan oleh pemuka agama mereka.
            Dalam sebuah riwayat dikemukakan bahwa sahabat Nabi saw, Ibn ‘Abbas menafsirkan kata ummiyyun dalam arti tidak mengetahui makna pesan-pesan kitab suci, walau boleh jadi mereka menghafalnya. Mereka hanya berangan-angan, atau amani dalam istilah ayat di atas, yang ditafsirkan oleh Ibn ‘Abbas dengan “sekedar membacanya”. Keadaan yang demikian itulah yang disebutkan oleh al-Qur’an dengan seperti keledai yang memikul buku-buku (QS. Al-Jumu’ah [62]: 5).
Sebenarnya ketiga sifat tersebut (angan-angan, dongeng, dan bacaan yang tidak dihayati) dapat dipahami sebagai maksud ayat ini.Karena memang ketiganya merupakan sifat sebagian orang Yahudi, bahkan sebagian orang beragama termasuk kita umat Islam.Ini tercela, apalagi seperti bunyi penutup ayat itu mereka juga hanya menduga-duga dalam segala hal yang berkaitan dengan agama.Sifat di atas dapat mengantar pelakunya kepada kecelakaan, tetapi ayat berikut menjelaskan siapa yang lebih wajar menerima kecelakaan besar.
AYAT 79
فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَـذَا مِنْ عِندِ اللّهِ لِيَشْتَرُواْ بِهِ ثَمَناً قَلِيلاً فَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُمْ مِّمَّا يَكْسِبُونَ
 “Kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yangmenulis al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya, “ini dari Allah” dengan maksud memperoleh keuntungan yang sedikit. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka akibat apa yang telah ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat apa yang (sedang dan akan) mereka kerjakan.”
Setelah menjelaskan keburukan sifat mereka, maka ayat ini menegaskan akibat keburukan itu bahwa, Kecelakaan yang besar, yakni himpunan dari segala macam siksa, atau lembah di neraka yang disediakan bagi orang-orang, baik orang Yahudi itu maupun selain mereka yang menulis sesuatu atas dorongan hawa nafsunya didalam al-Kitab yang diturunkan allah, menulisnya dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya, “ ini, yakni apa yang ditulisnya itu dari allah” dengan maksud memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka akibat apa, yakni kebohongan yang telah ditulis leh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat apa yang sedang dan akan mereka akan kerjakan.”
Kecelakaan besar wajar menimpa yang telah menulis kitab suci dengan tangannya sendiri dan mengubahnya.Karena, salah satu penyebab utama dari keengganan sementara orang yahudi beriman, apalagi ummiyun itu adalah para pemuka agama mereka itu, yang mengubah kitab taurat, mengajarkan kepercayaan keliru dan lain sebagainya.Mereka tidak menjalankan fungsi kecendikiawanan dan pengetahuan agama mereka untuk mengantar umatnya menuju jalan yang benar.
Kataبايديهم  biaidihim/ dengan tangannya sendiri mengisyaratkan bahwa perubahan kitab taurat itu dilakukan oleh para pemuka agama yahudi dengan amat sengaja, bersungguh-sungguh, dan tidak menugaskan orang lain melakukannya, agar benar-benar sesuai apa yang tertulis dengan keinginan nafsu mereka. Ini karena mereka bermaksud memmutarbalikkan fakta dan menyatakan, “ini bersumber dari allah”, padahal kenyataannya tidak demikian. Mereka melakukan itu dengan tujuan mendapat harga, yakni keuntungan yang sedikit dengan perbuatannya itu.
Kalimat ثمنا قليلا tsamanan qalilan/ kuntungan yang sedikit artinya kepentingan duniawi berupa pangkat, kedudukan, pengaruh dan materi. Semua itu dinilai sedikit karena betapapun besarnya gemerlap duniawi yang mereka peroleh, ia pada hakikatnya sedikit jika dibandig dengan kerugian dan kebinasaan yang akan menimpa kelak. Maka kecelakaan besar bagi mereka akibat apa yang mereka telah tulis dengan tangan mereka sendiri dan kecelakaan besar pula akibat apa yang sedang dan akan mereka perbuat itu. Kecelakaan akan menimpa mereka dua kali; pertama sewaktu menulis pemutarbalikan kitab suci dan kedua akibat dos-dosa yang terus bertumpuk diatas pundak mereka. Ini karena setiap yang melakuakan sesuatu yang baru, baik positif atau negative, kemudian diikuti orang lain, maka perbuatannya ditambah dengan dosa-dosa yang dilakukan orang lain/ Nabi saw bersabda, “siapa yang melakukan sesuatau yang buruk dan menjadi kebiasaa orang banyak, maka dia menanggung dosanya dan dosa-dosa orag yang melakukannya sampai hari kiamat.”
Itulah sebabnya, penutup ayat ditas menggunakan bentuk kata kerja masa lampau ketika berbincang tentang apa yang mereka telah tulis, dan kata kerja masa kini dan datag ketika menjelaskan apa yang mereka perbuat itu.
Ayat ini dipahamai untuk sementara ulama sebagai isyarat jelas menyagkut apa yang dialami Bani Israil da kitab suci Taurat setelah pembumi hangusan Bait al-Maqdis tahun 588 SM. Ketika itu Taurat disimpan disatu tempat dan ikut terbakar padahal ia tidak dihafal olrh masyarakatnya, apalagi hanya imam-imam Bani Lawi yang bertugas memeliharanya. Nabi Musa pun menurut Perjanjian Lama kitab Ulangan 31:9- hanya mewajibkan pembacaan hukum taurat setiap tujuh tahun. Karena itu, walaupun boleh jadi ada usaha menulisnya kembali ketika itu, tetapi karena taurat tidak tersebar luas bahkan tidak dihafal maka tentu saja telah terjadi perubahan-perbahan, apalagi ketika itu telah terjadi kedurhakaan dan penyelewengan agama dari masyarakat yahudi. Selanjutnya Bait al-Maqdis dihancurkan lagi oleh Titus tahun 40 M. taurat yang ditulis sebelum ini- dan yang pasti  tidak otentik lagi itu- terbakar lagi orang-orang yahudi pun bertebaran diseluruh penjuru melarikan diri dari kekejaman Titus. Ini menjadikan taurat semakin jauh dari keasliannya, karena itu para peneliti agama menjelaskan bahwa taurat mengalami perubahan dan apa ang ada sekarang bukan lagi asli, paling tidak sebagian diantaranya. Smentara pakar berkata bahwa kitab Ulangan dari Perjanjian Lama ditulis oleh seorang Yahudi yang bermukim di Mesir pada masa raja Yusyia, salah seorang penguasa Yahudi.
AYAT 80
وَقَالُواْلَنتَمَسَّنَاالنَّارُإِلاَّأَيَّاماًمَّعْدُودَةًقُلْأَتَّخَذْتُمْعِندَاللّهِعَهْداًفَلَنيُخْلِفَاللّهُعَهْدَهُأَمْتَقُولُونَعَلَىاللّهِمَالاَتَعْلَمُونَ ﴿٨٠﴾
Dan mereka berkata, “ kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api (neraka) kecuali beberapa hari saja:“ katakanlah, ”sudahkah kamu menerima janji dari allah sehingga allah tidak akan memungkiri janjinya ataukah kamu mengatakan terhadap allah apa yang tidak kamu ketahui?”
Ayat yang lalu mengandung makna bahwa mereka telah memutar balikkan kandungan kitab taurat, menambah dan menguranginya sesuai selera mereka, karena itu ayat ini melanjutkan dengan memberi salah satu contoh pemutar balikkan itu bahwa: dan mereka juga berkata, kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api yakni api neraka diakhirat nanti kecuali beberapa hari saja yang segera akan berlalu. Allah mengajar nabi Muhammad saw dan umatnya untuk menjawab angan-angan mereka itu bahwa: katakanlah, hai Muhammad saw sambil menolak anggapan mereka dan mengecamnya: sudahkah kamu menerima menyangkut apa yang kamu katakan itu janji dari Allah sehingga dengan demikian Allah tidak akan memungkiri janji-Nya dan kamu benar-benar tidak akan disentuh api neraka kecuali beberapa hari? Sudah adakah janji itu  ataukah kamu mengatakan terhadap allah apa yang tidak kamu ketahui?
Firmannya:لن تمسنا النار lan tamassana an-nar/ kami sekali-kali tidak akan disentuh api neraka, adalah ucapan mereka. Perhatikanlah bagaimana mereka berkata disentuh, artinya terkena sedikit, yakni tidak banyak.Itupun kecuali beberapa hari saja, yakni empat puluh hari selama kami menyembah sapi, atau tujuh hari sebanyak hari-hari dalam seminggu.Demikian yang terdengar dari mereka menjelaskan makna beberapa hari itu.
Allah membantah mereka melalui perintah-Nya kepada Nabi Muhammad saw: Tanyakanlah, Sudahkan yakni pernahkah kalian menerima janji dari Allah?Tentu saja kalau janji itu ada, pasti Allah tidak mengingkari janji-Nya.Ataukah kalian menyatakan atas nama Allahsesuatu yang tidak kalian ketahui? Perhatikan jawaban yang diajarkan itu! Nabi saw bukannya diperintah untuk berkata, “Ataukah kalian berbohong, membuat-buat ucapan atas nama Allah yang tidak Dia ucapkan?”
Yang berbohong pasti mengetahui bahwa dia membuat-buat ucapan.Redaksi yang diajarkan untuk ditanyakan kepada mereka itu, tidak secara kasar menuduh mereka berbohong.Memang di celahnya ada kesan bahwa ucapan itutidak benar, tetapi ketidakbenarannya bukan karena berbohong melainkan karena mereka tidak mengetahui. Itulah yang diajarkan Allah untuk diucapan oleh Nabi Muhammad saw. Sekali lagi, pesan yang dikandungnya sama, tetapi yang diajarkan untuk diucapkan lebih sopan dan tidak menyinggung perasaan.
Orang-orang Yahudi ketika berkata bahwa mereka hanya beberapa hari di neraka, mengatakan pula bahwa bila mereka keluar dari neraka, maka yang akan menempati tempat mereka adalah orang-orang Islam. Imam Bukhari meriwayatkan melalu Abu Hurairah bahwa ketika Khaibar dikuasai kaum muslimin, orang-orang Yahudi yang menghadiahkan kepada Nabi saw, makanan yang terbuat dari seekor kambing yang beracun. Nabi saw, memerintahkan agar mengumpulkan semua orang Yahudi yang ada disekitar Khaibar kemudian beliau bersabda: “Saya akan bertanya kepada kalian tentang sesuatu, apakah kalian akan menjawab dengan benar?” Mereka mengiyakan. Nabi saw bertanya “Siapa ayah kalian?” Mereka menyebut si A, maka Nabi saw, bersabda “Kalian berbohong, ayah kalian adalah si Anu,” Mereka berkata “Engkau berkata benar lagi jujur.” Lalu Nabi saw. Bertanya : “Siapakah penghuni neraka?” Mereka menjawab: “Kami akan masuk ke neraka beberapa saat, kemudiaan kaum muslimin akan menggantikan tempat kami” nabi saw, menjawab : “Terkutuklah kalian di dalamnya. Demi Allah kami sekali-kali tidak akan menggantikan kalian.” Nabi saw, kemudiaan bertanya tentang racun yang mereka letakkan dikambing yang disuguhkan pada beliau. Mereka mengaku sambil berkata: “Jika engkau berbohong dalam pangkuanmu sebagai nabi, maka kami dapat terhindar darimu, dan bila benar, maka pasti makanan itu tidak akan berdampak buruk padamu.”

AYAT 81-82
بَلَىمَنكَسَبَسَيِّئَةًوَأَحَاطَتْبِهِخَطِيـئَتُهُفَأُوْلَـئِكَأَصْحَابُالنَّارِهُمْفِيهَاخَالِدُونَ ﴿٨١﴾وَالَّذِينَآمَنُواْوَعَمِلُواْالصَّالِحَاتِأُولَـئِكَأَصْحَابُالْجَنَّةِهُمْفِيهَاخَالِدُونَ ﴿٨٢﴾

“(Bukan demikian!) Tetapi barang siapa berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.Dan orang-orang yang beriman serta beramal shaleh, mereka itu penghunu surge.Mereka kekal di dalamnya.”
Sebenarnya tidak ada janji dari Allah.Bukan juga karena mereka tidak tahu.Sumber masalahnya adalah sikap pemutarbalikan mereka. Tetapi yang benar adalah barang siapa berbuat dosa, yakni mempersekutukan Allah dan ia diliputi oleh dosanya, sehingga seluruh segi kehidupannya tidak mengandung sedikit ganjaran pun akibat ketiadaan iman kepada Allah, maka mereka itulah penghuni neraka dan mereka kekal di dalamnya. Dan orang-orang yang beriman dengan iman yang benar sebagaimana diajarkan oleh nabi-nabi mereka serta beramal saleh sesuai dengan tuntunan Allah dan rasul, maka mereka itu bukan selain mereka adalah penghuni surge dan mereka kekal di dalamnya.
Firman-Nya : كسب سيىْة kasaba sayyi’atan bermakna berbuat dosa. Biasanya kata kasaba digunakan untuk perolehan atau perbuatan yang menguntungkan, atau untuk sesuatu yang bermanfaat buat pelakunya (lihat uraian tentang hal ini pada QS. Al-Baqarah [2]: 286). Jika demikian, redaksi ini mengisyaratkan bahwa dosa-dosa yang mereka lakukan itu telah meresap dalam jiwa mereka, sehingga mereka melakukannya dengan mudah dan menganggapnya suatu perolehan yang menguntungkan.Ini adalah ulah setan yang memperindah keburukan di mata orang-orang durhaka.Mereka yang keadaannya seperti itu, lebih jauh dilukiskan oleh ayat di atas sebagai telah diliputi oleh dosanya.
Firman-Nya : احاطت به خطيىْته سahathat bihi khathi’atuhu / ia telah diliputi oleh dosanya, dalam arti ia berada satu lingkaran yang menjadikan ia tidak dapat melepaskan diri, dan tidak pula terdapat dalam aktivitasnya sesuatu yang dapat diberi ganjaran. Atas dasar ini sekian banyak ulama memahaminya dalam arti yang bersangkutan tidak memiliki iman dan hidup dalam kekufuran karena hanya kekufuran yang menjadikan seluruh amal baik – sekalipun – tidak diterima Allah swt, berdasar firman-Nya: “Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (sia-sia bagaikan) debu yang berterbangan” (QS. Al-Furqan [25]: 23).
Melalui ayat ini Allah menetapkan tolok ukur pasti, adil, dan berlaku umum tentang keberadaan di neraka.Nanti di tempat lain kita akan baca tolok ukur pasti yang sama menyangkut keberadaan di surga.
Selanjutnya ayat-ayat berikutnya mengngatkan semua pihak tentag perjanjian yang dijalin oleh Allah dengan Bani Israi’il.
AYAT 83
AYAT 83
وَإِذْأَخَذْنَامِيثَاقَبَنِيإِسْرَائِيلَلاَتَعْبُدُونَإِلاَّاللّهَوَبِالْوَالِدَيْنِإِحْسَاناًوَذِيالْقُرْبَىوَالْيَتَامَىوَالْمَسَاكِينِوَقُولُواْلِلنَّاسِحُسْناًوَأَقِيمُواْالصَّلاَةَوَآتُواْالزَّكَاةَثُمَّتَوَلَّيْتُمْإِلاَّقَلِيلاًمِّنكُمْوَأَنتُممِّعْرِضُونَ ﴿٨٣﴾
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Isra’il (yaitu): Kamu tidak menyembah selain Allah, dan kapada ibu bapak dengan kebaikan yang sempurna, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat; kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu selalu berpaling.”
Ayat ini merupakan uraian tentang kedurhakaan mereka yang menjadi bukti bahwa mereka benar-benar – seperti bunyi ayat yang lalu – telah diliputi oleh dosa mereka masing-masing.
Ayat ini memerintahkan: Cobalah inat dan renungkan keadaan mereka secara umum dan ingat dan renungkan pula secara khusus ketika Kami Yang Maha Kuasa melalui utusan Kamimengambil janji dari Bani Isra’ilyaitu Kamu tidak menyembah sesuatu apapun dan dalam bentu apapun selain Allah Yang Maha Esa, dan dalam perjanjian itu Kami memerintahkan juga mereka berbuat baik dalam kehidupan dunia ini kepada ibu bapak dengan kebaikan yang sempurna, walaupun mereka kafir, demikan juga kaum kerabat, yakni mereka yang mempunyai hubungan dengan kedua itu.

Makna Tahlilan

  PROSESI DAN MAKNA TAHLILAN DI DESA KLORON PLERET BANTUL SETIONO    A.    Latar Belakang Tahlilan sangat erat sekali kaitannya de...