Selasa, 20 Oktober 2015

Mistisisme tao; Telaah Ajaran Tao



MISTISISME dalam TAOISME : Telaah Pada Ajaran Tao (Lao Tzu)

Disusun Oleh :
SETIONO


            Agama-agama China yang populer di dunia adalah Konfusianisme, Buddhisme, dan Taoisme. Tiga ajaran ini saling melengkapi antara satu dengan lainnya, dan telah dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari orang China. Jika Konfusianisme lebih menekankan nilai-nilai etika kehidupan, Buddhisme lebih menekankan mengenai kehidupan setelah mati, maka Taoisme lebih menekankan keserasian hubungan antara manusia dengan alam.[1] Tiga ajaran di atas sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari dan keagamaan orang China, sehingga sulit bagi kita untuk memisahkan mana di antara praktek-praktek keagamaan orang China ini yang benar-benar murni bersumber pada Konfusianisme, Buddhisme, serta Taoisme. Dan dalam makalah kami akan menjelaskan lebih lanjut tentang apa itu agama Taoisme, ajaran-ajarannya, serta praktek ibadahnya.
            Agama Kong Hu Chu dan Tao saling melengkapi satu sama lainnya. Keduanya menekankan dua segi agama yang berbeda, namun sama-sama penting. Kong Hu Chu menekankan segi kemasyarakatan, dan kepentingan utamanya adalah menegakkan suatu tata sosial yang adil di mana tidak ada kejahatan dan penindasan serta setiap orang melaksanakan kewajibannya dalam keserasian dengan rencana Tuhan. Di pihak lain, Lao Tzu menekankan aspek perseorangan dan bersangkut paut dengan penemuan dan penguraian Jalan Tuhan serta cara-cara jiwa pribadi yang akan membimbingnya agar dapat menemukan kedamaian abadi dalam bersatu dengan Tuhannya. Jika Kong Hu Chu manusia praktis, maka Lao Tzu seorang mistis.
            Lao Tzu seorang tokoh besar agama Tao yang juga di kenal sebagi penulis kitab terbesar agama Tao yang dikenal dengan nama Tao Te Ching. Kitab ini sangat legendaris dan selalu merebut perhatian banyak orang. Begitu juga dengan penulisnya, Lao Tzu tokoh yang dianggap unik olehpara sarjana yang sangat mengusik mereka untuk memastikan keberadaannya karena selama ini mereka tidak menemukan secara pasti tentang  sejarah hidupnya. Lebih jelasnya kita akan bahas pada makalah ini tentang sejarah hidup Lao Tzu menurut para sarjana beserta karya terbesarnya yakni Tao Te Ching yang merupakan kitab terbesar agama Tao.
            Nama Lao Tzu sebagai pribadi selalu dikenang sepanjang masa. Para konfusianis mengenangnya sebagai seorang filsuf yang dihormati, di mana Konfusius sendiri juga mengaguminya dan mengkonotasikannya seperti seekor naga yang dengan lihai terbang menembus awan dan angin. Masyarakat luas juga mengenangnya sebagai seorang suci atau dewa. Para Taoisme sendiri menyatakan bahwa Lao Tzu adalah emanasi dari Tao.
·  Sejarah dan Ajaran Lao Tzu (ajaran Tao)
            Taoisme (Agama Tao) adalah Agama yang berasal dari Tiongkok, dan termasuk agama yang tertua di dunia ini, umumnya diakui sudah ada sejak abad ke-6 SM, dan juga merupakan agama yang dianut oleh sebagian besar orang Tionghoa. Nama Tao diambil dari huruf China yang artinya “jalan” yang oleh penganut Tao dianggap sumber dari segala sesuatu yang ada di alam ini. Dan berdasarkan sumber-sumber tertulis, umumnya Agama Tao diyakini berasal dari Kaisar Kuning (Wang-di), dikembangkan oleh Lao-zi dan terorganisasi menjadi sebuah institusi Keagamaan lengkap oleh Zhang Tao Ling.
Tao adalah sumber segala sesuatu. Ia tidak bernama, tidak dapat dilihat, dan tidak dapat di pahami. Ia tak terbatas dan tidak dapat habis atau musnah. Apa yang disebut dengan Tao ini, telah mengatasi segenap perubahan dan permanen. Pengertian mengenai Tao tersebut terdapat pada kutipan berikut ini: “Tao yang dapat dibicarakan, bukanlah Tao yang sebenarnya atau yang abadi; dan nama yang dapat diberikan, bukanlah nama yang sejati.” (Tao Te Cing 1:1)
            Menurut bahasa arti Tao adalah “jalan”, “cara”, atau “akal”. Bahkan ada juga yang mengartikannya sebagai “kata-kata suci”. Namun secara umum terdapat tiga arti untuk memahami arti Tao atau “jalan” ini, yaitu sebagai berikut:
v  Tao diartikan sebagai jalan dari kenyataan terakhir.
Pada dasarnya makna Tao hanyalah sebagai bahasa kiasan agar manusia dengan mudah bisa memahaminya. Tao merupakan sesuatu yang berada di luar jangkauan manusia yang tidak dapat diraih. Tao adalah sesuatu yang menjadi dasar bagi semua yang ada danmelebihinya, baik itu dari segi pemikiran ataupun penglihatan. Tao dalam arti pertama ini hanya dapat dirasakan melalui kesadaran mistik. Bukan melalui kata-kata semata.
v  Tao diartikan sebagai jalan alam semesta.
Tao di sini berfungsi sebagai kaidah, irama, dan kekuatan dari semua yang ada. Berbeda dengan pengertian Tao di atas, yang hanya bisa dirasakan melalui mistik, Tao di sini bisa diartikan sebagai sesuatu yang bisa melakukan penyesuaian atau penyerupaan. Tao bukanlah suatu benda, ia adalah berupa roh yang sama sekali tidak dapat dimusnahkan. Tao bersifat sangat bermurah hati terhadap alam dan juga kepada manusia.[2] Walaupun pada akhirnya tao itu transenden, namun ia sekaligus juga imanen.
v  Tao diartikan sebagai suatu petunjuk atau cara manusia dalam menata hidupnya.
Tao di sini mempunyai fungsi sebagai jalan yang ditujukan bagi manusia agar bisa selaras dengan alam semesta.
            Pada zaman Wang-di mulai dikemukakan teori tentang kaidah-kaidah alamiah dan teori tentang masalah kehidupan dan kematian. Sejak Wang-di sampai 1500 tahun berikutnya, setiap pemimpin yang menggantikan pemimpin lainnya selalu memerintah masyarakatnya dengan teori ajaran Wang-di. Kemudian pada zaman Dinasti Kerajaan Chow, muncullah seorang bijaksana yang bernama Lao-zi. Beliau pernah bertugas sebagai pejabat yang menjaga dan merawat perpustakaan buku-buku yang dimiliki kerajaan Chow. Karena itu beliau mempunyai kesempatan untuk membaca semua buku-buku dan menguasai teori-teori yang diajarkan oleh Wang-di.
            Cara berpikir Lao-zi jauh melampaui zamannya ketika itu, ditambah ajaran-ajarannya yang menjunjung tinggi kebajikan dan menentang kebiadaban, maka akhirnya ajaran Lao-zi bersama-sama ajaran Wang-di dikenal orang sebagai Ajaran WANG-LAO sampai sekarang. Ajaran WANG-LAO ini makin berkembang dan mengakar di hati masyarakat, akhirnya dianut oleh hampir setiap orang terpelajar dan cendekiawan zaman itu.
·         Ajaran Lao Tzu
            Sangat sedikit buku yang ditulis Lao Tzu, Tao Te Ching telah mengemukakan sifat dan lingkup ajarannya. Ada dua kata yang penting dari yang sedikit ini. Pertama adalah Tao, yang berarti Jalan, yang oleh Lao Tzu diartikan sebagai Jalan Menuju Tuhan, Zat Yang Maha Kuasa. Tao Te Ching menyajikan suatu pandanganyang unik atas Jalan Tuhan (Tao), pertama dalam aspek transenden (diluar dirinya), dan kemudian dari sisi yang mendasar (imanen/keabadian) sebagaimana diwahyukan Tuhan dalam hukum-hukum alam dan hubungan Tuhan dengan manusia. Katalain yang penting dalam Tao Te Ching adalah Te, yang berarti akhlak mulia. Jadi tujuan utama Lao Tzu dalam bukunya ini adalah menerangi manusia tentang Jalan Tuhan dan mengajak mereka berakhlak mulia yang berasal dari iman yang penuh dan amal yang tulus sesuai dengan hukum-hukum itu. Lao Tzu percaya pada keesaan Ilahi dan segala sesuatu itu ada karena Dia:
            “Sejak dahulu kala semua menerima sentuhan kehidupan dari Yang Esa: Langit demi kemuliaan dan Yang Esa menjadi terang; bumi demi kemuliaan dan Yang Esa diberi tenaga; lembah demi kemuliaan dan Yang Esa menjadi penuh bermilyar makhluk; para bangsawan demi kemuliaan dan Yang Esa dihidupkan; para raja dan pangeran demi kemuliaan dan Yang Esa menjadi pimpinan negeri. Adalah Yang Esa yang membuat segala-galanya menjadi apa adanya.” (Tao Te Ching, XXXIX).[3]
            Beliau mengajarkan bahwa agama yang sejati ialah mengenal Tuhan dan menjadikan kehendak seseorang itu dalam keselarasan penuh dengan kehendak dan maksud Tuhan. Tersembunyi di dalam kedalaman segala sesuatu, katanya, adalah kekekalan dimana akar dari segala kehidupan dari semua nasib itu berlangsung. Tanpa ilmuatau akal kehidupan ini, yakni akar keabadian seseorang akan menjadi buta sehingga dia berbuat jahat:
            “Sentuhlah keabadian terakhir, pegang teguh erat-erat. Segala perkara berlangsung bersama. Saya telah perhatikan mereka muncul, dan melihat betapa mereka berkembang dan kembali keasalnya masing-masing, keakarnya. Inilah yang saya katakana sebagai kekekalan suatu langkah surut ke akar permulaan hidup seseorang, atau yang lebih utama lagi kembali kepada Kehendak Tuhan yang saya katakan sebagai keabadian. Ilmu ke arah keabadian itu, saya namakan penerangan dan kukatakan bahwa tiada mengetahuinya berarti kebutaan yang mendorong ke arah perbuatan jahat.” (Tao Te Ching, XVI).[4]
·         Agama Tao mempunyai 4 ajaran[5]:
1.      Dao
            Dao adalah inti dari ajaran Taoisme, yang berarti tidak berbentuk, tidak terlihat, tapi merupakan proses kejadian dari semua benda hidup dan segala benda-benda yang ada di alam semesta. Dao yang berwujud dalam bentuk benda hidup dan kebendaan lainnya adalah De. Gabungan Dao dengan De dikenal sebagai Taoisme yang merupakan landasan kealamian. Keabadian manusia terwujud disaat seseorang mencapai kesadaran Dao, dan orang tersebut akan menjadi dewa. Penganut-penganut Taoisme mempraktekkan Dao untuk mencapai kesadaran Dao, dan menjadi seorang dewa.
2.      Yin dan Yang
            Dao melahirkan sesuatu, yang disebut dengan Yin (Positif) dan Yang (Negatif), Yin dan Yang saling melengkapi untuk menghasilkan tenaga atau kekuatan. Kekuatan tersebut bersumber dari jutaan benda di dunia. Setiap benda di alam semesta yang berupa benda hidup ataupun benda mati mengandung Yin dan Yang yang saling melengkapi untuk mencapai keseimbangan.
3.      Pandangan tentang Manusia
Manusia yang sombong dan melakukan hal di luar kemampuannya, maka suatu saat dia akan mendapat celaan yang dapat membuatnya berduka atau menderita. Karena itu, seorang bijaksana yang mengenal Dao dan hukum alam akan memilih mengundurkan diri dan menolak segala penghargaan yang diberikan padanya. Ia memilih untuk tidak menonjolkan dirinya. Meskipun demikian, Taoisme tidak mengajarkan bahwa seseorang harus menyingkirkan seluruh harta benda yang dimiliki untuk mencapai ketentraman batin. Hal yang perlu dibuang adalah rasa kemelekatan terhadap harta tersebut.
4.      Etika
            Agama Tao menggabungkan Ilmu pengetahuan, Filsafat dan Ilmu Kedewaan yang Agung sebagai dasar kepercayaan. Agama Tao menyembah banyak Dewa dan Dewi. Sosok Dewa dan Dewi dalam Agama Tao merupakan sosok yang telah mencapai kesempurnaan dalam perjalanan mengamalkan Ajaran Agama Tao. Agama Tao juga percaya bahwa Manusia sejati bisa mencapai Kesempurnaan menjadi Dewa atau Dewi, bila sanggup berbuat jasa yang sangat besar sekali terhadap masyarakat ataupun orang lain, perbuatan-perbuatan itu antara lain:
·         Bisa memberikan keteladanan yang luar biasa dalam perilaku kebijaksanaan untuk umat manusia.
·         Berjasa besar dalam membangun/memperjuangkan kedamaian bagi negara dan masyarakatnya.
·         Bisa mencegah atau menanggulangi bencana yang membahayakan umat manusia.
·         Sanggup menyumbangkan nyawanya demi membela keyakinan tentang kebenaran sejati
            Dengan demikian bisa dipahami, bahwa Agama Tao mengajarkan: “Meskipun manusia merupakan bagian dari alam semesta, namun sebagai manusia haruslah mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta bisa mengetahui mana yang baik atau bijaksana dan mana yang jahat, juga yang paling penting adalah mampu melaksanakan ajaran-ajaran Agama Tao pada setiap tingkah laku dalam hidupnya, sebagai syarat untuk bisa menjadi manusia yang sejati.” Setelah mampu mencapai tahap manusia sejati, selanjutnya adalah tugas yang mulia untuk berusaha bisa menyatu dengan Tao yang Maha Esa dengan istilah yang popular Tian Ren He Yi (Kembali ke asal dengan sempurna).
Agama Tao menganjurkan 3 nasehat Lao-zi yaitu:
·         Welas Asih
·         Hemat tapi tidak kikir
·         Rendah Hati.
            Agama Tao juga mengajarkan sifat Qing Jing Wu Wei, suatu sifat dimana orang dianjurkan untuk selalu berusaha berbuat sesuatu demi kepentingan bersama, namun tetap menjaga sikap mental yang tulus tanpa pamrih, selain itu juga selalu mawas diri dalam usahanya mengajak masyarakat supaya mampu menjaga keharmonisan kehidupan masing-masing. Sifat demikianlah yang antara lain ikut mendorong terbangunnya klenteng-klenteng yang bisa dipakai untuk menginap bagi orang-orang yang sedang bepergian jauh, serta menyediakan makanan cuma-cuma bagi yang menginap di sana, ini semua bertujuan untuk melayani dan memudahkan masyarakat pada zamannya, sehingga sangat mendapat dukungan dari segala lapisan masyarakat.
            Ajaran-ajaran Tao bersifat universal dan menekankan kepada manusia untuk kembali dan mencintai alam, karena alam merupakan bagian dari manusia. Oleh karena itu, dia tidak hanya dianut oleh sebagian besar orang China di seluruh dunia, tapi juga oleh orang-orang di luar suku bangsa China.[6]
            Dalam praktek peribadatan, penganut taoisme ini melaksanakan ritual ibadahnya di klenteng atau pekong. Pemujaan terhadap Tuhan (Thien) dilakukan dihalaman bagian depan luar rumah atau klenteng dengan cara yang sederhana, yaitu membakar beberapa batang hio (dupa) dengan menengadah kearah langit, sedangkan pemujaan terhadap dewa-dewa dilakukan di dalam klenteng dengan menyuguhkan sesajen untuk melunakkan hati para dewa agar keinginan mereka dapat diijabahi.


·         Kitab Suci
            Suatu agama dapat dipahami melalui kitab-kitab yang dianggap sakral oleh penganutnya. Kitab pokok agama Tao adalah Tao Te Ching, sebuah kitab kecil hanya terdiri dari 5000 kata yang ditulis oleh Lao-zi pada abad 6 SM. Sangat sulit bagi orang awam untuk memahami kitab tersebut karena sangat puitis dan disampaikan secara lugas. Isi terpenting dari Tao Te Ching yaitu ajaran tentang Wu-wei. Wu-wei merupakan perintah termasyhur bagi para penganut Taoisme yang dijadikan sebagai pedoman-pedoman dan etika dalam memelihara kehidupan seseorang dan memberikan contoh “jalan” untuk menjadi orang yang bijaksana. Wu-wei adalah hidup yang dijalani tanpa ketegangan. Hal itu adalah merupakan perwujudan yang murni dari kelemah-lembutan, kesederhanaan, dan kebebasan. Jika Wu-wei dilihat dari luar, terlihatlah ia tanpa daya, karena tidak pernah memaksa dan tidak pernah terlihat tegang. “Bertindak tanpa aksi dan berbuat tanpa gaduh”.[7]
            Tao Te Ching  atau kadang di eja menjadi Daodejing adalah nama sebuah kitab klasik penganut Taoisme. Ada yang mengartikan judul buku ini sebagai klasik tentang jalan kuasa. Ada juga yang mengartikan sebagai kita  hukum dunia dan kekuatannya. Judul lainnya adalah 5000 kata LaTzu dan Laozi. Yang pertama menegaskan tentang pengarang kitab ini dan jumlah kata yang dikandungnya, yang dalam karakter China memang terdiri dari 5000 karakter. Judul kedua hanya menunjukkan kepada pengarangnya yakni Laozi (Lao Tzu) yang berarti “guru tua”. Tentu saja ini bukan nama sebenarnya tetapi samaran. Nama dirinya sebenarnya adalah Li Erh dan Lao Tzu. Sedang nama dewasanya Lao-chun, T’ai-shang lao-chun, atau T’ai-shang Hsuan-yuan Huang-ti, juga disebut Lao Tunatau Lao Tan.[8] Kitab ini di tulis Lao-tzu pada abad ke-6 SM.[9] Ada yang menyebutkan bahwa kitab ini muncul pada pertengahan abad ketiga sebelum masehi. Pendapat ini di ajukan oleh sejarawan besar china, Ssu-ma Ch’ien di dalam karyanya shih-chi (laporan-laporan historis) yang menulis sekitar tahun 100 SM. Menurutnya, kitab ini ditulis pada masa dinasti Chou yang berkuasa mulai kira-kira 1111 SM dan berakhir pada 255 SM. Sedang menurut sejarawan modern, kitab ini mulai di kenal pada masa dinasti Han yang mulai berkuasa pada 206 SM hingga 220 M.[10]
            Tao Te Ching dapat di artikan sebagai kitab klasik atau kuno tentang jalan dan keluhurannya, dapat di bagi menjadi dua bagian. Bagian yang pertama menjelaskan tentang Tao yang diyakini ada dimana-mana dan asal mula dari segala sesuatu yang ada di alam ini. Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa Tao tidak dapat dibayangkan dan tidak dapat dijangkau oleh akal pikiran manusia. Sedangkan bagian kedua dari kitab tersebut adalah membicarakan tentang Te yaitu daya atau kekuatan yang diperoleh dengan mengikuti Tao. Secara keseluruhan kitab ini terdiri dari 82 bab.[11] Laozi mengungkapkan Tao melalui lirik yang indah dan puitis sehingga membangkitkan semangat para pembacanya. Tao Te Ching mengungkapkan konsep-konsep yang saling berhubungan satu dengan yang lainnyasecara sistematis, sehingga memberikan dasar pemahaman bagi semua orang. Di samping kitab Tao Te Ching terdapat kitab-kitab lain yang dianggap oleh para ahli sebagai karya kedua terbesar dari filsafat Taoisme, yaitu: kitab Chuang-Tzu yang berisi tentang pemikiran guru Zhuang dan murid-muridnya, dan kitab Leizi yang berisi kumpulan cerita dan hiburan dalam filsafat.
            Karena itu, seorang bijaksana yang mengenal Dao dan hukum alam akan memilih mengundurkan diri dan menolak segala penghargaan yang diberikan padanya. Sedangkan yang terakhir tentang etika, bahwa agama Tao menggabungkan Ilmu pengetahuan, Filsafat dan Ilmu Kedewaan yang Agung sebagai dasar kepercayaan. Agama Tao menyembah banyak Dewa dan Dewi. Sosok Dewa dan Dewi dalam Agama Tao merupakan sosok yang telah mencapai kesempurnaan dalam perjalanan mengamalkan Ajaran Agama Tao. Dengan demikian secara keseluruhan ajaran Tao atau Lao Tzu sangat budi luhur, karena mengajarkan tentang sebuah etika kehidupan begitu pula menekankan pada sebuah moral atau etika, misalnya welas asih, rendah hati, menghormati nenek moyang, menghargai orang lain. Sehingga bahwasannya Lao Tzu merupakan sosok yang bisa sebagai panutan dalam kehidupan bangsa China. Karena pada dasarnya agama-agama di China saling melengkapi satu sama lain, tetapi eksistensinya tetap berdiri sendiri. Sesungguhnya mistisisme dalam Taoisme terletak pada ajarannya, karena Tao terkenal dengan ajarannya yang bersifat mistik (mistis).

DAFTAR PUSTAKA

Tanggok, Ikhsan. Mengenal Lebih Dekat Agama Tao. Jakarta : Lembaga Penelitian
            UIN Jakarta, 2006.
Samad,Ulfat. The Great Religions of The World. Lahore : Phesawar, 1990.
Tse, Lao.Tao Te Ching -81 filsafat hidup Tao. Yogyakarta : new Diglossia Yogyakarta, 2010.
Smith, Huston. Agama-Agama Manusia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1991.
Creel, H.G. Alam Pikiran Cina. Yogyakarta : PT Tiara Wacana, 1989.



                [1] Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Tao, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2006), hlm.17.
[2] Huston Smith, Agama-Agama Manusia, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1991), hlm. 233.
                [3] Ulfat Samad, The Great Religions of The World, hlm. 153.
                [4] Ibid, hlm. 153.
[5] H.G. Creel, Alam Pikiran Cina, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1989),  hlm. 114-115.
                [6] Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Tao, hlm. 65.
                [7] H.G. Creel, Alam Pikiran Cina, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1989), hlm. 112-113.
                [8] Lao tse, Tao Te Ching -81 filsafat hidup Tao, hlm. 9.
                [9] Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Tao, hlm. 76.
                [10] Lao tse, Tao Te Ching -81 filsafat hidup Tao, hlm. 2.
                [11] Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Tao, hlm. 78.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makna Tahlilan

  PROSESI DAN MAKNA TAHLILAN DI DESA KLORON PLERET BANTUL SETIONO    A.    Latar Belakang Tahlilan sangat erat sekali kaitannya de...