MISTISISME
dalam TAOISME : Telaah Pada Ajaran Tao (Lao Tzu)
Disusun
Oleh :
SETIONO
Agama-agama China yang populer di
dunia adalah Konfusianisme, Buddhisme, dan Taoisme. Tiga ajaran ini saling
melengkapi antara satu dengan lainnya, dan telah dijadikan pedoman dalam
kehidupan sehari-hari orang China. Jika Konfusianisme lebih menekankan
nilai-nilai etika kehidupan, Buddhisme lebih menekankan mengenai kehidupan
setelah mati, maka Taoisme lebih menekankan keserasian hubungan antara manusia
dengan alam.[1]
Tiga ajaran di atas sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari dan
keagamaan orang China, sehingga sulit bagi kita untuk memisahkan mana di antara
praktek-praktek keagamaan orang China ini yang benar-benar murni bersumber pada Konfusianisme, Buddhisme, serta Taoisme. Dan dalam
makalah kami akan menjelaskan lebih lanjut tentang apa itu agama Taoisme,
ajaran-ajarannya, serta praktek ibadahnya.
Agama Kong Hu Chu dan Tao saling
melengkapi satu sama lainnya. Keduanya menekankan dua segi agama yang berbeda, namun
sama-sama penting. Kong Hu Chu menekankan segi kemasyarakatan, dan kepentingan
utamanya adalah menegakkan suatu tata sosial yang adil di mana tidak ada
kejahatan dan penindasan serta setiap orang melaksanakan kewajibannya dalam keserasian
dengan rencana Tuhan. Di pihak lain, Lao Tzu menekankan aspek perseorangan dan
bersangkut paut dengan penemuan dan penguraian Jalan Tuhan serta cara-cara jiwa
pribadi yang akan membimbingnya agar dapat menemukan kedamaian abadi dalam
bersatu dengan Tuhannya. Jika Kong Hu Chu manusia praktis, maka Lao Tzu seorang
mistis.
Lao Tzu seorang tokoh besar agama
Tao yang juga di kenal sebagi penulis kitab terbesar agama Tao yang dikenal
dengan nama Tao Te Ching. Kitab ini
sangat legendaris dan selalu merebut perhatian banyak orang. Begitu juga dengan
penulisnya, Lao Tzu tokoh yang dianggap unik olehpara sarjana yang sangat
mengusik mereka untuk memastikan keberadaannya karena selama ini mereka tidak
menemukan secara pasti tentang sejarah hidupnya. Lebih jelasnya kita akan
bahas pada makalah ini tentang sejarah hidup Lao Tzu menurut para sarjana
beserta karya terbesarnya yakni Tao Te Ching
yang merupakan kitab terbesar agama Tao.
Nama Lao Tzu sebagai pribadi selalu
dikenang sepanjang masa. Para konfusianis mengenangnya sebagai seorang filsuf
yang dihormati, di mana Konfusius sendiri juga mengaguminya dan
mengkonotasikannya seperti seekor naga yang dengan lihai terbang menembus awan
dan angin. Masyarakat luas juga mengenangnya sebagai seorang suci atau dewa.
Para Taoisme
sendiri menyatakan bahwa Lao Tzu adalah emanasi dari Tao.
·
Sejarah
dan Ajaran Lao Tzu (ajaran Tao)
Taoisme (Agama Tao) adalah Agama
yang berasal dari Tiongkok, dan termasuk agama yang tertua di dunia ini,
umumnya diakui sudah ada sejak abad ke-6 SM, dan juga merupakan agama yang
dianut oleh sebagian besar orang Tionghoa. Nama Tao diambil dari huruf China
yang artinya “jalan” yang oleh penganut Tao dianggap sumber dari segala sesuatu
yang ada di alam ini. Dan berdasarkan sumber-sumber tertulis, umumnya Agama Tao
diyakini berasal dari Kaisar Kuning (Wang-di), dikembangkan oleh Lao-zi dan
terorganisasi menjadi sebuah institusi Keagamaan lengkap oleh Zhang Tao Ling.
Tao adalah sumber segala sesuatu. Ia tidak bernama, tidak dapat dilihat, dan tidak dapat di pahami.
Ia tak terbatas dan tidak dapat habis atau musnah. Apa yang disebut dengan Tao
ini, telah mengatasi segenap perubahan dan permanen. Pengertian mengenai Tao
tersebut terdapat pada kutipan berikut ini: “Tao yang dapat dibicarakan,
bukanlah Tao yang sebenarnya atau yang abadi; dan nama yang dapat diberikan,
bukanlah nama yang sejati.” (Tao Te Cing 1:1)
Menurut bahasa arti Tao adalah
“jalan”, “cara”, atau “akal”. Bahkan ada juga yang mengartikannya sebagai
“kata-kata suci”. Namun secara umum terdapat tiga arti untuk memahami arti Tao
atau “jalan” ini, yaitu sebagai berikut:
v Tao
diartikan sebagai jalan dari kenyataan terakhir.
Pada dasarnya makna Tao hanyalah sebagai bahasa
kiasan agar manusia dengan mudah bisa memahaminya. Tao merupakan sesuatu yang
berada di luar jangkauan manusia yang tidak dapat diraih. Tao adalah sesuatu
yang menjadi dasar bagi semua yang ada danmelebihinya, baik itu dari segi
pemikiran ataupun penglihatan. Tao dalam arti pertama ini hanya dapat dirasakan
melalui kesadaran mistik. Bukan melalui kata-kata semata.
v Tao
diartikan sebagai jalan alam semesta.
Tao di sini berfungsi sebagai kaidah, irama, dan
kekuatan dari semua yang ada. Berbeda dengan pengertian Tao di atas, yang hanya
bisa dirasakan melalui mistik, Tao di sini bisa diartikan sebagai sesuatu yang
bisa melakukan penyesuaian atau penyerupaan. Tao bukanlah suatu benda, ia
adalah berupa roh yang sama sekali tidak dapat dimusnahkan. Tao bersifat sangat
bermurah hati terhadap alam dan juga kepada manusia.[2]
Walaupun pada akhirnya tao itu transenden, namun ia sekaligus juga imanen.
v Tao
diartikan sebagai suatu petunjuk atau cara manusia dalam menata hidupnya.
Tao
di sini mempunyai fungsi sebagai jalan yang ditujukan bagi manusia agar bisa
selaras dengan alam semesta.
Pada zaman Wang-di mulai dikemukakan
teori tentang kaidah-kaidah alamiah dan teori tentang masalah kehidupan dan
kematian. Sejak Wang-di sampai 1500 tahun berikutnya, setiap pemimpin yang
menggantikan pemimpin lainnya selalu memerintah masyarakatnya dengan teori
ajaran Wang-di. Kemudian pada zaman Dinasti Kerajaan Chow, muncullah seorang
bijaksana yang bernama Lao-zi. Beliau pernah bertugas sebagai pejabat yang
menjaga dan merawat perpustakaan buku-buku yang dimiliki kerajaan Chow. Karena
itu beliau mempunyai kesempatan untuk membaca semua buku-buku dan menguasai
teori-teori yang diajarkan oleh Wang-di.
Cara berpikir Lao-zi jauh melampaui
zamannya ketika itu, ditambah ajaran-ajarannya yang menjunjung tinggi kebajikan
dan menentang kebiadaban, maka akhirnya ajaran Lao-zi bersama-sama ajaran
Wang-di dikenal orang sebagai Ajaran WANG-LAO
sampai sekarang. Ajaran WANG-LAO ini
makin berkembang dan mengakar di hati masyarakat, akhirnya dianut oleh hampir
setiap orang terpelajar dan cendekiawan zaman itu.
·
Ajaran Lao Tzu
Sangat sedikit buku yang ditulis Lao
Tzu, Tao Te Ching telah mengemukakan sifat dan lingkup ajarannya. Ada
dua kata yang penting dari yang sedikit ini. Pertama adalah Tao, yang
berarti Jalan, yang oleh Lao Tzu diartikan sebagai Jalan Menuju Tuhan, Zat Yang
Maha Kuasa. Tao Te Ching menyajikan suatu pandanganyang unik atas Jalan
Tuhan (Tao), pertama dalam aspek transenden (diluar dirinya), dan kemudian dari
sisi yang mendasar (imanen/keabadian) sebagaimana diwahyukan Tuhan dalam
hukum-hukum alam dan hubungan Tuhan dengan manusia. Katalain yang penting dalam
Tao Te Ching adalah Te, yang berarti akhlak mulia. Jadi tujuan utama Lao
Tzu dalam bukunya ini adalah menerangi manusia tentang Jalan Tuhan dan mengajak
mereka berakhlak mulia yang berasal dari iman yang penuh dan amal yang tulus
sesuai dengan hukum-hukum itu. Lao Tzu percaya pada keesaan Ilahi dan segala
sesuatu itu ada karena Dia:
“Sejak
dahulu kala semua menerima sentuhan kehidupan dari Yang Esa: Langit demi
kemuliaan dan Yang Esa menjadi terang; bumi demi kemuliaan dan Yang Esa diberi
tenaga; lembah demi kemuliaan dan Yang Esa menjadi penuh bermilyar makhluk;
para bangsawan demi kemuliaan dan Yang Esa dihidupkan; para raja dan pangeran
demi kemuliaan dan Yang Esa menjadi pimpinan negeri. Adalah Yang Esa yang
membuat segala-galanya menjadi apa adanya.” (Tao Te Ching, XXXIX).[3]
Beliau mengajarkan bahwa agama yang
sejati ialah mengenal Tuhan dan menjadikan kehendak seseorang itu dalam
keselarasan penuh dengan kehendak dan maksud Tuhan. Tersembunyi di dalam kedalaman
segala sesuatu, katanya, adalah kekekalan dimana akar dari segala kehidupan
dari semua nasib itu berlangsung. Tanpa ilmuatau akal kehidupan ini, yakni akar
keabadian seseorang akan menjadi buta sehingga dia berbuat jahat:
“Sentuhlah
keabadian terakhir, pegang teguh erat-erat. Segala perkara berlangsung bersama.
Saya telah perhatikan mereka muncul, dan melihat betapa mereka berkembang dan
kembali keasalnya masing-masing, keakarnya. Inilah yang saya katakana sebagai
kekekalan suatu langkah surut ke akar permulaan hidup seseorang, atau yang
lebih utama lagi kembali kepada Kehendak Tuhan yang saya katakan sebagai
keabadian. Ilmu ke arah keabadian itu, saya namakan penerangan dan kukatakan
bahwa tiada mengetahuinya berarti kebutaan yang mendorong ke arah perbuatan
jahat.” (Tao Te Ching, XVI).[4]
·
Agama
Tao mempunyai 4 ajaran[5]:
1. Dao
Dao adalah inti dari ajaran Taoisme,
yang berarti tidak berbentuk, tidak terlihat, tapi merupakan proses kejadian
dari semua benda hidup dan segala benda-benda yang ada di alam semesta. Dao
yang berwujud dalam bentuk benda hidup dan kebendaan lainnya adalah De.
Gabungan Dao dengan De dikenal sebagai Taoisme yang merupakan landasan
kealamian. Keabadian manusia terwujud disaat seseorang mencapai kesadaran Dao,
dan orang tersebut akan menjadi dewa. Penganut-penganut Taoisme mempraktekkan
Dao untuk mencapai kesadaran Dao, dan menjadi seorang dewa.
2. Yin
dan Yang
Dao melahirkan sesuatu, yang disebut
dengan Yin (Positif) dan Yang (Negatif), Yin dan Yang saling melengkapi untuk
menghasilkan tenaga atau kekuatan. Kekuatan tersebut bersumber dari jutaan
benda di dunia. Setiap benda di alam semesta yang berupa benda hidup ataupun
benda mati mengandung Yin dan Yang yang saling melengkapi untuk mencapai
keseimbangan.
3. Pandangan
tentang Manusia
Manusia
yang sombong dan melakukan hal di luar kemampuannya, maka suatu saat dia akan
mendapat celaan yang dapat membuatnya berduka atau menderita. Karena itu,
seorang bijaksana yang mengenal Dao dan hukum alam akan memilih mengundurkan
diri dan menolak segala penghargaan yang diberikan padanya. Ia memilih untuk
tidak menonjolkan dirinya. Meskipun demikian, Taoisme tidak mengajarkan bahwa
seseorang harus menyingkirkan seluruh harta benda yang dimiliki untuk mencapai
ketentraman batin. Hal yang perlu dibuang adalah rasa kemelekatan terhadap
harta tersebut.
4. Etika
Agama Tao menggabungkan Ilmu
pengetahuan, Filsafat dan Ilmu Kedewaan yang Agung sebagai dasar kepercayaan.
Agama Tao menyembah banyak Dewa dan Dewi. Sosok Dewa dan Dewi dalam Agama Tao
merupakan sosok yang telah mencapai kesempurnaan dalam perjalanan mengamalkan
Ajaran Agama Tao. Agama Tao juga percaya bahwa Manusia sejati bisa mencapai
Kesempurnaan menjadi Dewa atau Dewi, bila sanggup berbuat jasa yang sangat
besar sekali terhadap masyarakat ataupun orang lain, perbuatan-perbuatan itu
antara lain:
·
Bisa memberikan keteladanan yang luar
biasa dalam perilaku kebijaksanaan untuk umat manusia.
·
Berjasa besar dalam
membangun/memperjuangkan kedamaian bagi negara dan masyarakatnya.
·
Bisa mencegah atau menanggulangi bencana
yang membahayakan umat manusia.
·
Sanggup menyumbangkan nyawanya demi
membela keyakinan tentang kebenaran sejati
Dengan demikian bisa dipahami, bahwa
Agama Tao mengajarkan: “Meskipun manusia merupakan bagian dari alam semesta,
namun sebagai manusia haruslah mampu membedakan mana yang benar dan mana yang
salah, serta bisa mengetahui mana yang baik atau bijaksana dan mana yang jahat,
juga yang paling penting adalah mampu melaksanakan ajaran-ajaran Agama Tao pada
setiap tingkah laku dalam hidupnya, sebagai syarat untuk bisa menjadi manusia
yang sejati.” Setelah mampu mencapai tahap manusia sejati, selanjutnya adalah
tugas yang mulia untuk berusaha bisa menyatu dengan Tao yang Maha Esa dengan
istilah yang popular Tian Ren He Yi (Kembali ke asal dengan sempurna).
Agama
Tao menganjurkan 3 nasehat Lao-zi yaitu:
·
Welas Asih
·
Hemat tapi tidak kikir
·
Rendah Hati.
Agama Tao juga mengajarkan sifat
Qing Jing Wu Wei, suatu sifat dimana orang dianjurkan untuk selalu berusaha
berbuat sesuatu demi kepentingan bersama, namun tetap menjaga sikap mental yang
tulus tanpa pamrih, selain itu juga selalu mawas diri dalam usahanya mengajak
masyarakat supaya mampu menjaga keharmonisan kehidupan masing-masing. Sifat
demikianlah yang antara lain ikut mendorong terbangunnya klenteng-klenteng yang
bisa dipakai untuk menginap bagi orang-orang yang sedang bepergian jauh, serta
menyediakan makanan cuma-cuma bagi yang menginap di sana, ini semua bertujuan
untuk melayani dan memudahkan masyarakat pada zamannya, sehingga sangat mendapat
dukungan dari segala lapisan masyarakat.
Ajaran-ajaran Tao bersifat universal
dan menekankan kepada manusia untuk kembali dan mencintai alam, karena alam
merupakan bagian dari manusia. Oleh karena itu, dia tidak hanya dianut oleh
sebagian besar orang China di seluruh dunia, tapi juga oleh orang-orang di luar
suku bangsa China.[6]
Dalam praktek peribadatan, penganut
taoisme ini melaksanakan ritual ibadahnya di klenteng atau pekong. Pemujaan
terhadap Tuhan (Thien) dilakukan
dihalaman bagian depan luar rumah atau klenteng dengan cara yang sederhana,
yaitu membakar beberapa batang hio (dupa) dengan menengadah kearah langit,
sedangkan pemujaan terhadap dewa-dewa dilakukan di dalam klenteng dengan
menyuguhkan sesajen untuk melunakkan hati para dewa agar keinginan mereka dapat
diijabahi.
·
Kitab
Suci
Suatu agama dapat dipahami melalui
kitab-kitab yang dianggap sakral oleh penganutnya. Kitab pokok agama Tao adalah
Tao Te Ching, sebuah kitab kecil
hanya terdiri dari 5000 kata yang ditulis oleh Lao-zi pada abad 6 SM. Sangat
sulit bagi orang awam untuk memahami kitab tersebut karena sangat puitis dan
disampaikan secara lugas. Isi terpenting dari Tao Te Ching yaitu ajaran tentang Wu-wei. Wu-wei merupakan
perintah termasyhur bagi para penganut Taoisme yang dijadikan sebagai
pedoman-pedoman dan etika dalam memelihara kehidupan seseorang dan memberikan
contoh “jalan” untuk menjadi orang yang bijaksana. Wu-wei adalah hidup yang dijalani tanpa ketegangan. Hal itu adalah
merupakan perwujudan yang murni dari kelemah-lembutan, kesederhanaan, dan
kebebasan. Jika Wu-wei dilihat dari luar, terlihatlah ia tanpa daya, karena
tidak pernah memaksa dan tidak pernah terlihat tegang. “Bertindak tanpa aksi
dan berbuat tanpa gaduh”.[7]
Tao
Te Ching atau kadang di eja menjadi Daodejing adalah nama sebuah kitab klasik penganut Taoisme. Ada
yang mengartikan judul buku ini sebagai klasik tentang jalan kuasa. Ada juga
yang mengartikan sebagai kita hukum dunia dan kekuatannya. Judul lainnya
adalah 5000 kata LaTzu dan Laozi. Yang pertama menegaskan tentang pengarang
kitab ini dan jumlah kata yang dikandungnya, yang dalam karakter China memang
terdiri dari 5000 karakter. Judul kedua hanya menunjukkan kepada pengarangnya
yakni Laozi (Lao Tzu) yang berarti “guru tua”. Tentu saja ini bukan nama
sebenarnya tetapi samaran. Nama dirinya sebenarnya adalah Li Erh dan Lao Tzu.
Sedang nama dewasanya Lao-chun, T’ai-shang lao-chun, atau T’ai-shang Hsuan-yuan
Huang-ti, juga disebut Lao Tunatau Lao Tan.[8] Kitab
ini di tulis Lao-tzu pada abad ke-6 SM.[9]
Ada yang menyebutkan bahwa kitab ini muncul pada pertengahan abad ketiga
sebelum masehi. Pendapat ini di ajukan oleh sejarawan besar china, Ssu-ma
Ch’ien di dalam karyanya shih-chi (laporan-laporan historis) yang menulis
sekitar tahun 100 SM. Menurutnya, kitab ini ditulis pada masa dinasti Chou yang
berkuasa mulai kira-kira 1111 SM dan berakhir pada 255 SM. Sedang menurut
sejarawan modern, kitab ini mulai di kenal pada masa dinasti Han yang mulai
berkuasa pada 206 SM hingga 220 M.[10]
Tao
Te Ching dapat di artikan sebagai kitab klasik atau kuno tentang jalan dan
keluhurannya, dapat di bagi menjadi dua bagian. Bagian yang pertama menjelaskan
tentang Tao yang diyakini ada dimana-mana dan asal mula dari segala sesuatu
yang ada di alam ini. Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa Tao tidak dapat
dibayangkan dan tidak dapat dijangkau oleh akal pikiran manusia. Sedangkan
bagian kedua dari kitab tersebut adalah membicarakan tentang Te yaitu daya atau kekuatan yang
diperoleh dengan mengikuti Tao. Secara keseluruhan kitab ini terdiri dari 82
bab.[11] Laozi
mengungkapkan Tao melalui lirik yang indah dan puitis sehingga membangkitkan semangat
para pembacanya. Tao Te Ching mengungkapkan
konsep-konsep yang saling berhubungan satu dengan yang lainnyasecara
sistematis, sehingga memberikan dasar pemahaman bagi semua orang. Di samping
kitab Tao Te Ching terdapat kitab-kitab
lain yang dianggap oleh para ahli sebagai karya kedua terbesar dari filsafat
Taoisme, yaitu: kitab Chuang-Tzu yang berisi tentang pemikiran guru Zhuang dan
murid-muridnya, dan kitab Leizi yang berisi kumpulan cerita dan hiburan dalam
filsafat.
Karena itu, seorang bijaksana yang
mengenal Dao dan hukum alam akan memilih mengundurkan diri dan menolak segala
penghargaan yang diberikan padanya.
Sedangkan yang terakhir tentang etika, bahwa agama Tao menggabungkan Ilmu
pengetahuan, Filsafat dan Ilmu Kedewaan yang Agung sebagai dasar kepercayaan.
Agama Tao menyembah banyak Dewa dan Dewi. Sosok Dewa dan Dewi dalam Agama Tao
merupakan sosok yang telah mencapai kesempurnaan dalam perjalanan mengamalkan
Ajaran Agama Tao. Dengan demikian secara keseluruhan ajaran Tao atau Lao Tzu
sangat budi luhur, karena mengajarkan tentang sebuah etika kehidupan begitu
pula menekankan pada sebuah moral atau etika, misalnya welas asih, rendah hati,
menghormati nenek moyang, menghargai orang lain. Sehingga bahwasannya Lao Tzu merupakan sosok yang bisa sebagai panutan
dalam kehidupan bangsa China. Karena pada dasarnya agama-agama di China saling
melengkapi satu sama lain, tetapi eksistensinya tetap berdiri sendiri.
Sesungguhnya mistisisme dalam Taoisme terletak pada ajarannya, karena Tao
terkenal dengan ajarannya yang bersifat mistik (mistis).
DAFTAR PUSTAKA
Tanggok, Ikhsan. Mengenal Lebih Dekat
Agama Tao. Jakarta : Lembaga Penelitian
UIN Jakarta, 2006.
Samad,Ulfat. The Great Religions of The World. Lahore : Phesawar, 1990.
Tse, Lao.Tao Te
Ching -81 filsafat hidup Tao. Yogyakarta : new Diglossia Yogyakarta, 2010.
Smith, Huston. Agama-Agama Manusia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1991.
Creel, H.G. Alam Pikiran Cina. Yogyakarta : PT Tiara Wacana, 1989.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar