TAFSIR AL MISBAH
Al Baqarah : 79-83
Kata
(اميون
) ummiyyun mengandung arti
orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan tentang kitab suci bahkan mereka
yang buta huruf. Ummiyyun terambil
dari kata (ام )umm, yakni ibu.
Seakan-akan keadaan mereka dari segi pengetahuan sama dengan keadaannya ketika
baru dilahirkan oleh ibunya.
Ayat ini merupakan alasan ketiga
mengapa Nabi dan umat Islam diperingatkan agar jangan mengharap banyak
menyangkut keimanan orang-orang Yahudi, yaitu karena ada di antara mereka tidak mengetahui al-Kitab yakni Taurat dan
kandungannya, sehingga keadaan mereka tidak seperti yang mengetahui dari kitab suci Taurat bahwa Nabi Muhammad
saw. adalah utusan Allah. Jika hanya tidak mengetahui tentang hal itu, boleh
jadi masih memungkinkan mereka beriman.Tetapi sebenarnya keadaan mereka lebih
dari itu, sebagaimana bunyi lanjutan ayat yakni yang mereka ketahui atau yakni
hanyalah amaanii yakni angan-angan
belaka.
Kata (اماني ) amani
adalah bentuk jamak dari (امنية ) umniyyah yang dapat
berarti angan-angan, harapan-harapan kosong, dongeng-dongeng, atau kebohongan.
Dapat juga berarti bacaan tanpa upaya pemahaman atau penghayatan. Seorang
berbohong, karena dia mengharapkan sesuatu sesuai dengan apa yang
diberitakannya. Harapan yang tidak tercapai juga dapat mendorong si pengharap
berbohong atau membohongi dirinya sendiri dengan membayangkan yang tidak
terdapat di dunia nyata.Keyakinan yang batil adalah kebohongan atau hal-hal
yang dianggap oleh yang bersangkutan sebagai sesuatu yang hak dan benar padahal
dia tidak demikian. Membaca sesuatu tanpa dipahami atau tanpa dihayati
tujuannya sama saja dengan bohong. Begitulah kata amani pada akhirnya mengandung makna kebohongan.
Demikianlah kelompok ummiyyun itu hanya memiliki harapan-harapan
kosong yang tidak berdasar, misalnya bahwa yang masuk urge hanya orang-orang
Yahudi, atau bahwa mereka tidak disiksa di neraka kecuali beberapa hari.Mereka
itu hanya percaya dongeng, takhayul dan khurafat yang diajarkan oleh pemuka
agama mereka.
Dalam sebuah riwayat dikemukakan
bahwa sahabat Nabi saw, Ibn ‘Abbas menafsirkan kata ummiyyun dalam arti tidak mengetahui makna pesan-pesan kitab suci,
walau boleh jadi mereka menghafalnya. Mereka hanya berangan-angan, atau amani dalam istilah ayat di atas, yang
ditafsirkan oleh Ibn ‘Abbas dengan “sekedar membacanya”. Keadaan yang demikian
itulah yang disebutkan oleh al-Qur’an dengan seperti keledai yang memikul
buku-buku (QS. Al-Jumu’ah [62]: 5).
Sebenarnya
ketiga sifat tersebut (angan-angan, dongeng, dan bacaan yang tidak dihayati)
dapat dipahami sebagai maksud ayat ini.Karena memang ketiganya merupakan sifat
sebagian orang Yahudi, bahkan sebagian orang beragama termasuk kita umat
Islam.Ini tercela, apalagi seperti bunyi penutup ayat itu mereka juga hanya menduga-duga dalam segala hal yang berkaitan
dengan agama.Sifat di atas dapat mengantar pelakunya kepada kecelakaan, tetapi
ayat berikut menjelaskan siapa yang lebih wajar menerima kecelakaan besar.
AYAT 79
فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ
يَقُولُونَ هَـذَا مِنْ عِندِ اللّهِ لِيَشْتَرُواْ بِهِ ثَمَناً قَلِيلاً
فَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُمْ مِّمَّا
يَكْسِبُونَ
“Kecelakaan
yang besarlah bagi orang-orang yangmenulis al-Kitab dengan tangan mereka sendiri,
lalu dikatakannya, “ini dari Allah” dengan maksud memperoleh keuntungan yang
sedikit. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka akibat apa yang telah ditulis
oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat apa
yang (sedang dan akan) mereka kerjakan.”
Setelah menjelaskan keburukan sifat mereka, maka
ayat ini menegaskan akibat keburukan itu bahwa, Kecelakaan yang besar, yakni
himpunan dari segala macam siksa, atau lembah di neraka yang disediakan bagi
orang-orang, baik orang Yahudi itu maupun selain mereka yang menulis sesuatu
atas dorongan hawa nafsunya didalam al-Kitab yang diturunkan allah, menulisnya dengan
tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya, “ ini, yakni apa yang ditulisnya
itu dari allah” dengan maksud memperoleh keuntungan yang sedikit dengan
perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka akibat apa, yakni
kebohongan yang telah ditulis leh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan
besarlah bagi mereka, akibat apa yang sedang dan akan mereka akan kerjakan.”
Kecelakaan besar wajar menimpa yang telah menulis
kitab suci dengan tangannya sendiri dan mengubahnya.Karena, salah satu penyebab
utama dari keengganan sementara orang yahudi beriman, apalagi ummiyun itu
adalah para pemuka agama mereka itu, yang mengubah kitab taurat, mengajarkan
kepercayaan keliru dan lain sebagainya.Mereka tidak menjalankan fungsi
kecendikiawanan dan pengetahuan agama mereka untuk mengantar umatnya menuju
jalan yang benar.
Kataبايديهم biaidihim/ dengan
tangannya sendiri mengisyaratkan bahwa perubahan kitab taurat itu dilakukan
oleh para pemuka agama yahudi dengan amat sengaja, bersungguh-sungguh, dan
tidak menugaskan orang lain melakukannya, agar benar-benar sesuai apa yang
tertulis dengan keinginan nafsu mereka. Ini karena mereka bermaksud
memmutarbalikkan fakta dan menyatakan, “ini bersumber dari allah”,
padahal kenyataannya tidak demikian. Mereka melakukan itu dengan tujuan
mendapat harga, yakni keuntungan yang sedikit dengan perbuatannya itu.
Kalimat ثمنا قليلا tsamanan
qalilan/ kuntungan yang sedikit artinya kepentingan duniawi berupa pangkat,
kedudukan, pengaruh dan materi. Semua itu dinilai sedikit karena betapapun
besarnya gemerlap duniawi yang mereka peroleh, ia pada hakikatnya sedikit jika
dibandig dengan kerugian dan kebinasaan yang akan menimpa kelak. Maka
kecelakaan besar bagi mereka akibat apa yang mereka telah tulis dengan tangan
mereka sendiri dan kecelakaan besar pula akibat apa yang sedang dan akan mereka
perbuat itu. Kecelakaan akan menimpa mereka dua kali; pertama sewaktu
menulis pemutarbalikan kitab suci dan kedua akibat dos-dosa yang terus
bertumpuk diatas pundak mereka. Ini karena setiap yang melakuakan sesuatu yang
baru, baik positif atau negative, kemudian diikuti orang lain, maka
perbuatannya ditambah dengan dosa-dosa yang dilakukan orang lain/ Nabi saw
bersabda, “siapa yang melakukan sesuatau yang buruk dan menjadi kebiasaa
orang banyak, maka dia menanggung dosanya dan dosa-dosa orag yang melakukannya
sampai hari kiamat.”
Itulah sebabnya, penutup ayat ditas menggunakan
bentuk kata kerja masa lampau ketika berbincang tentang apa yang mereka
telah tulis, dan kata kerja masa kini dan datag ketika menjelaskan apa
yang mereka perbuat itu.
Ayat ini dipahamai untuk sementara ulama sebagai
isyarat jelas menyagkut apa yang dialami Bani Israil da kitab suci Taurat setelah
pembumi hangusan Bait al-Maqdis tahun 588 SM. Ketika itu Taurat disimpan disatu
tempat dan ikut terbakar padahal ia tidak dihafal olrh masyarakatnya, apalagi
hanya imam-imam Bani Lawi yang bertugas memeliharanya. Nabi Musa pun menurut
Perjanjian Lama kitab Ulangan 31:9- hanya mewajibkan pembacaan hukum taurat
setiap tujuh tahun. Karena itu, walaupun boleh jadi ada usaha menulisnya
kembali ketika itu, tetapi karena taurat tidak tersebar luas bahkan tidak dihafal
maka tentu saja telah terjadi perubahan-perbahan, apalagi ketika itu telah
terjadi kedurhakaan dan penyelewengan agama dari masyarakat yahudi. Selanjutnya
Bait al-Maqdis dihancurkan lagi oleh Titus tahun 40 M. taurat yang ditulis
sebelum ini- dan yang pasti tidak
otentik lagi itu- terbakar lagi orang-orang yahudi pun bertebaran diseluruh
penjuru melarikan diri dari kekejaman Titus. Ini menjadikan taurat semakin jauh
dari keasliannya, karena itu para peneliti agama menjelaskan bahwa taurat
mengalami perubahan dan apa ang ada sekarang bukan lagi asli, paling tidak
sebagian diantaranya. Smentara pakar berkata bahwa kitab Ulangan dari
Perjanjian Lama ditulis oleh seorang Yahudi yang bermukim di Mesir pada masa
raja Yusyia, salah seorang penguasa Yahudi.
AYAT 80
وَقَالُواْلَنتَمَسَّنَاالنَّارُإِلاَّأَيَّاماًمَّعْدُودَةًقُلْأَتَّخَذْتُمْعِندَاللّهِعَهْداًفَلَنيُخْلِفَاللّهُعَهْدَهُأَمْتَقُولُونَعَلَىاللّهِمَالاَتَعْلَمُونَ
﴿٨٠﴾
Dan mereka berkata, “ kami sekali-kali tidak akan
disentuh oleh api (neraka) kecuali beberapa hari saja:“ katakanlah, ”sudahkah
kamu menerima janji dari allah sehingga allah tidak akan memungkiri janjinya
ataukah kamu mengatakan terhadap allah apa yang tidak kamu ketahui?”
Ayat yang lalu mengandung makna bahwa mereka telah
memutar balikkan kandungan kitab taurat, menambah dan menguranginya sesuai
selera mereka, karena itu ayat ini melanjutkan dengan memberi salah satu contoh
pemutar balikkan itu bahwa: dan mereka juga berkata, kami sekali-kali tidak
akan disentuh oleh api yakni api neraka diakhirat nanti kecuali beberapa hari
saja yang segera akan berlalu. Allah mengajar nabi Muhammad saw dan umatnya
untuk menjawab angan-angan mereka itu bahwa: katakanlah, hai Muhammad
saw sambil menolak anggapan mereka dan mengecamnya: sudahkah kamu menerima
menyangkut apa yang kamu katakan itu janji dari Allah sehingga dengan
demikian Allah tidak akan memungkiri janji-Nya dan kamu benar-benar
tidak akan disentuh api neraka kecuali beberapa hari? Sudah adakah janji
itu ataukah kamu mengatakan terhadap
allah apa yang tidak kamu ketahui?
Firmannya:لن تمسنا النار lan tamassana an-nar/ kami
sekali-kali tidak akan disentuh api neraka, adalah ucapan mereka.
Perhatikanlah bagaimana mereka berkata disentuh, artinya terkena sedikit, yakni
tidak banyak.Itupun kecuali beberapa hari saja, yakni empat puluh hari selama
kami menyembah sapi, atau tujuh hari sebanyak hari-hari dalam seminggu.Demikian
yang terdengar dari mereka menjelaskan makna beberapa hari itu.
Allah membantah mereka melalui perintah-Nya kepada
Nabi Muhammad saw: Tanyakanlah, Sudahkan yakni pernahkah kalian menerima
janji dari Allah?Tentu saja kalau janji itu ada, pasti Allah tidak
mengingkari janji-Nya.Ataukah kalian menyatakan atas nama Allahsesuatu yang
tidak kalian ketahui? Perhatikan jawaban yang diajarkan itu! Nabi saw
bukannya diperintah untuk berkata, “Ataukah kalian berbohong, membuat-buat
ucapan atas nama Allah yang tidak Dia ucapkan?”
Yang berbohong pasti mengetahui bahwa dia membuat-buat
ucapan.Redaksi yang diajarkan untuk ditanyakan kepada mereka itu, tidak secara
kasar menuduh mereka berbohong.Memang di celahnya ada kesan bahwa ucapan
itutidak benar, tetapi ketidakbenarannya bukan karena berbohong melainkan
karena mereka tidak mengetahui. Itulah yang diajarkan Allah untuk diucapan oleh
Nabi Muhammad saw. Sekali lagi, pesan yang dikandungnya sama, tetapi yang
diajarkan untuk diucapkan lebih sopan dan tidak menyinggung perasaan.
Orang-orang Yahudi ketika berkata bahwa mereka hanya
beberapa hari di neraka, mengatakan pula bahwa bila mereka keluar dari neraka,
maka yang akan menempati tempat mereka adalah orang-orang Islam. Imam Bukhari
meriwayatkan melalu Abu Hurairah bahwa ketika Khaibar dikuasai kaum muslimin,
orang-orang Yahudi yang menghadiahkan kepada Nabi saw, makanan yang terbuat
dari seekor kambing yang beracun. Nabi saw, memerintahkan agar mengumpulkan
semua orang Yahudi yang ada disekitar Khaibar kemudian beliau bersabda: “Saya
akan bertanya kepada kalian tentang sesuatu, apakah kalian akan menjawab dengan
benar?” Mereka mengiyakan. Nabi saw bertanya “Siapa ayah kalian?” Mereka
menyebut si A, maka Nabi saw, bersabda “Kalian berbohong, ayah kalian adalah si
Anu,” Mereka berkata “Engkau berkata benar lagi jujur.” Lalu Nabi saw. Bertanya
: “Siapakah penghuni neraka?” Mereka menjawab: “Kami akan masuk ke neraka
beberapa saat, kemudiaan kaum muslimin akan menggantikan tempat kami” nabi saw,
menjawab : “Terkutuklah kalian di dalamnya. Demi Allah kami sekali-kali tidak
akan menggantikan kalian.” Nabi saw, kemudiaan bertanya tentang racun yang
mereka letakkan dikambing yang disuguhkan pada beliau. Mereka mengaku sambil
berkata: “Jika engkau berbohong dalam pangkuanmu sebagai nabi, maka kami dapat
terhindar darimu, dan bila benar, maka pasti makanan itu tidak akan berdampak
buruk padamu.”
AYAT 81-82
بَلَىمَنكَسَبَسَيِّئَةًوَأَحَاطَتْبِهِخَطِيـئَتُهُفَأُوْلَـئِكَأَصْحَابُالنَّارِهُمْفِيهَاخَالِدُونَ
﴿٨١﴾وَالَّذِينَآمَنُواْوَعَمِلُواْالصَّالِحَاتِأُولَـئِكَأَصْحَابُالْجَنَّةِهُمْفِيهَاخَالِدُونَ
﴿٨٢﴾
“(Bukan demikian!) Tetapi barang siapa berbuat dosa
dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal
di dalamnya.Dan orang-orang yang beriman serta beramal shaleh, mereka itu
penghunu surge.Mereka kekal di dalamnya.”
Sebenarnya tidak ada janji dari Allah.Bukan juga
karena mereka tidak tahu.Sumber masalahnya adalah sikap pemutarbalikan mereka.
Tetapi yang benar adalah barang siapa berbuat dosa, yakni
mempersekutukan Allah dan ia diliputi oleh dosanya, sehingga seluruh
segi kehidupannya tidak mengandung sedikit ganjaran pun akibat ketiadaan iman
kepada Allah, maka mereka itulah penghuni neraka dan mereka kekal di
dalamnya. Dan orang-orang yang beriman dengan iman yang benar sebagaimana
diajarkan oleh nabi-nabi mereka serta beramal saleh sesuai dengan tuntunan
Allah dan rasul, maka mereka itu bukan selain mereka adalah penghuni surge
dan mereka kekal di dalamnya.
Firman-Nya :
كسب سيىْة kasaba sayyi’atan bermakna berbuat dosa. Biasanya
kata kasaba digunakan untuk perolehan atau perbuatan yang menguntungkan,
atau untuk sesuatu yang bermanfaat buat pelakunya (lihat uraian tentang hal ini
pada QS. Al-Baqarah [2]: 286). Jika demikian, redaksi ini mengisyaratkan bahwa
dosa-dosa yang mereka lakukan itu telah meresap dalam jiwa mereka, sehingga
mereka melakukannya dengan mudah dan menganggapnya suatu perolehan yang
menguntungkan.Ini adalah ulah setan yang memperindah keburukan di mata
orang-orang durhaka.Mereka yang keadaannya seperti itu, lebih jauh dilukiskan
oleh ayat di atas sebagai telah diliputi oleh dosanya.
Firman-Nya :
احاطت به خطيىْته سahathat bihi khathi’atuhu
/ ia telah diliputi oleh dosanya, dalam arti ia berada satu lingkaran yang
menjadikan ia tidak dapat melepaskan diri, dan tidak pula terdapat dalam
aktivitasnya sesuatu yang dapat diberi ganjaran. Atas dasar ini sekian banyak
ulama memahaminya dalam arti yang bersangkutan tidak memiliki iman dan hidup
dalam kekufuran karena hanya kekufuran yang menjadikan seluruh amal baik –
sekalipun – tidak diterima Allah swt, berdasar firman-Nya: “Dan Kami hadapi
segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (sia-sia bagaikan)
debu yang berterbangan” (QS. Al-Furqan [25]: 23).
Melalui ayat ini Allah menetapkan tolok
ukur pasti, adil, dan berlaku umum tentang keberadaan di neraka.Nanti di tempat
lain kita akan baca tolok ukur pasti yang sama menyangkut keberadaan di surga.
Selanjutnya ayat-ayat berikutnya
mengngatkan semua pihak tentag perjanjian yang dijalin oleh Allah dengan Bani
Israi’il.
AYAT
83
AYAT 83
وَإِذْأَخَذْنَامِيثَاقَبَنِيإِسْرَائِيلَلاَتَعْبُدُونَإِلاَّاللّهَوَبِالْوَالِدَيْنِإِحْسَاناًوَذِيالْقُرْبَىوَالْيَتَامَىوَالْمَسَاكِينِوَقُولُواْلِلنَّاسِحُسْناًوَأَقِيمُواْالصَّلاَةَوَآتُواْالزَّكَاةَثُمَّتَوَلَّيْتُمْإِلاَّقَلِيلاًمِّنكُمْوَأَنتُممِّعْرِضُونَ
﴿٨٣﴾
“Dan (ingatlah),
ketika Kami mengambil janji dari Bani Isra’il (yaitu): Kamu tidak menyembah
selain Allah, dan kapada ibu bapak dengan kebaikan yang sempurna, kaum kerabat,
anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik
kepada manusia, laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat; kemudian kamu tidak
memenuhi janji itu, kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu selalu
berpaling.”
Ayat ini merupakan uraian tentang
kedurhakaan mereka yang menjadi bukti bahwa mereka benar-benar – seperti bunyi
ayat yang lalu – telah diliputi oleh dosa mereka masing-masing.
Ayat ini memerintahkan: Cobalah inat dan
renungkan keadaan mereka secara umum dan ingat dan renungkan pula secara khusus
ketika Kami Yang Maha Kuasa melalui utusan Kamimengambil janji dari Bani
Isra’ilyaitu Kamu tidak menyembah sesuatu apapun dan dalam bentu
apapun selain Allah Yang Maha Esa, dan dalam perjanjian itu Kami
memerintahkan juga mereka berbuat baik dalam kehidupan dunia ini kepada ibu
bapak dengan kebaikan yang sempurna, walaupun mereka kafir, demikan juga kaum
kerabat, yakni mereka yang mempunyai hubungan dengan kedua itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar