Psikoterapi dalam Perspektif Psikologi Islam (review)
Oleh: SETIONO
A.
Latar Belakang
Upaya mendekatkan antara psikologi
dengan agama, telah dilakukan oleh para filosof dan psikolog. Berkaitan dengan
perspektif ini, ajaran islam memiliki hubungan yang erat dan mendalam dengan
ilmu jiwa dalam soal pendidikan akhlak dan pembinaan mental.
Tujuan keduanya adalah untuk mencapai
kesejahteraan jiwa dan ketinggian akhlak. Secara luas pendidikan akhlak dan pembinaan
mental dalam psikologi agama
ataupun psikologi islam bertujuan mendidik, dan mengajar manusia, membersihkan
dan menyucikan jiwanya serta membina kehidupan mental spiritualnya. Oleh karena
itu, dalam psikologi agama dan atau psikologi islam, banyak ajaran islam yang
dijadikan petunjuk dan ketentuan yang berhubungan dengan pendidikan yang
berhubungan dengan jiwa seseorang.
Psikoterapi dalam ajaran islam
juga memberikan bimbingan dalam proses pendidikan melepaskan diri dari
pengaruh-pengaruh negatif yang senantiasa mengganggu eksistensi kepribadian
yang selalu cenderung untuk taat dan patuh kepada Tuhannya. Untuk melepaskan
diri dari pengaruh-pengaruh negatif tersebut, psikologi agama dan psikologi
islam memiliki andil yang cukup besar dan berperan serta dalam memeberikan
solusi dalam mengatasi setiap permasalahan yang berkaitan dengan jiwa.
Melihat pentingnya psikoterapi dalam
membentuk pribadi yang utuh dan dapat menggunakan kemampuan serta kesempatan,
juga sikap tenang dan seimbang sehingga dapat mencapai kebahagiaan lahir dan
batin, maka seorang muslim sudah barang tentu
akan berpegang teguh pada falsafah hidupnya yaitu ayat-ayat Qur’aniyah
dan ayat-ayat kauniyah. Kebahagiaan itu bukan hanya kesempurnaan
interpersonal-relationship dan interaksi dengan kosmos, tetapi dengan sang
prima cause (pencipta).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang menjadi pembahasan dalam
makalah ini adalah:
1.
Apa yang dimaksud dengan Psikoterapi?
2.
Bagaimana bentuk dan teknik
psikoterapi?
BAB
II
PSIKOTERAPI
A.
Pengertian
Psikoterapi
Psikoterapi (psychotherapy) adalah pengobatan alam
pikiran. Atau lebih tepatnya, pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui
metode psikologis. Istilah ini mencakup berbagai teknik yang bertujuan untuk
membantu individu dalam mengatasi gangguan emosionalnya. Dengan cara
memodifikasi perilaku, pikiran, dan emosi, sehingga individu tersebut mampu
mengembangkan diri mengatasi masalah psikisnya.
James P.Chaplin lebih jauh membagi pengertian psikoterapi dalam dua
sudut pandang. Secara khusus, psikoterapi diartikan sebagai penerapan teknik
khusus pada penyembuhan penyakit mental atau kesulitan-kesulitan penyesuaian
diri setiap hari. Secara luas, psikoterapi mencakup penyembuhan lewat keyakinan
agama, melalui pembicaraan informal atau diskusi personal dengan guru atau
teman. Pada pengertian ini, psikoterapi selain digunakan untuk penyembuhan
penyakit mental, juga dapat digunakan untuk membantu, mempertahankan dan
mengembangkan integritas jiwa, agar ia tetap tumbuh secara sehat dan memiliki
kemampuan penyesuaian diri lebih efektif terhadap lingkungannya.
Menurut Carl Gustav Jung, psikoterapi telah
melampaui asal-usul medisnya, dan tak lagi merupakan suatu metode perawatan
orang sakit. Psikoterapi kini digunakan untuk orang yang sehat, atau pada
mereka yang mempunyai hak atas kesehatan psikis yang penderitaannya menyiksa
kita semua. Berdasarkan pendapat Jung ini, bangunan psikoterapi selain
digunakan untuk fungsi kuratif
(penyembuhan), juga berfungsi preventif
(pencegahan) dan konstruktif (pemeliharaan
dan pengembangan jiwa yang sehat). Ketiga fungsi tersebut mengisyaratkan bahwa
usaha-usaha untuk berkonsultasi pada psikiater, tak hanya ketika psikis
seseorang dalam kondisi sakit. Alangkah lebih baik jika dilakukan sebelum
datangnya gejala atau penyakit mental, karena hal itu dapat membangun
kepribadian yang sempurna.
Banyak keguanaan dalam
pengetahuan tentang psikoterapi. Pertama, membantu penderita dalam memahami
dirinya, mengetahui sumber-sumber psikopatologi dan kesulitan penyesuaian diri,
serta memberikan perspektif masa depan yang lebih cerah dalam kehidupan
jiwanya. Kedua, membantu penderita dalam mendiagnosis bentuk-bentuk
psikopatologi. Ketiga, membantu penderita menentukan langkah-langkah praktis
dan pelaksanaan terapinya.
B. Bentuk dan Teknik Psikoterapi
Setelah mempelajari
teks-teks al-Qur`an, Muhammad Abdul al-Aziz Al-Khalidi, membagi obat (syifâ`)
dengan dua bagian: Pertama, obat hissi, yaitu obat yang dapat
menyembuhkan penyakit fisik. Seperti berobat dengan air, madu, atau buah-buahan
yang telah disebutkan dalam Al-Qur`an. Kedua,
obat ma’nawi. Yaitu obat yang dapat
menyembuhkan penyakit ruh dan kalbu manusia, seperti doa-doa dan isi kandungan
dalam al-Qur`an. Pembagian kategori ini didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri
manusia terdapat dua substansi yang bergabung menjadi satu. Yaitu jasmani dan
ruhani. Masing-masing substansi memiliki Sunnah
(hukum) tersendiri, yang berbeda satu dengan lainnya.
Kelainan (penyakit) yang
terjadi pada aspek jasmani, harus ditempuh melalui Sunnah pengobatan hissi, bukan
dengan Sunnah pengobatan maknawi seperti berdoa. Tanpa menempuh Sunnah ini,
maka kelainan yang ada tak akan sembuh. Permasalahannya menjadi lain, jika yang
mendapat kelainan itu berupa kepribadian (tingkah laku) manusia (personality disorder), seperti paranoid, schizoid, eksploisif, histerik,
maupun anti sosial. Dan kepribadian merupakan produk fitrah nafsani
(jasmani-ruhani). Dengan aspek ruhani sebagai esensinya, dan aspek jasmani
menjadi alat aktualisasi. Karena kedudukan seperti ini, maka kelainan
kepribadian manusia tak akan dapat disembuhkan dengan Sunnah pengobatan hissi,
tapi harus dengan maknawi. Demikian juga, kelainan jasmani sering disebabkan
oleh kelainan ruhani, dan cara pengobatannya pun harus dengan Sunnah pengobatan
maknawi pula.
Dokter sekaligus filosof
Muslim yang pertama kali memfungsikan pengetahuan jiwa untuk pengobatan medis
adalah Abu Bakar Muhammad Zakaria ar-Razi (864-925). Menurut ar-Razi, tugas
seorang dokter di samping mengetahui kesehatan jasmani (ath-thibb al-jismâni), ia
dituntut pula mengetahui kesehatan jiwa (ath-thibb ar-rûhâni). Hal ini untuk
menjaga keseimbangan jiwa dalam melakukan aktivitas-aktivitasnya, supaya tidak
terjadi keadaan minus atau berlebihan. Berkat konsep ini, ar-Razi menyusun dua
buku terkenal, yaitu ath-Thibb
al-Manshûriyyah (Kesehatan al-Manshur), yang menjelaskan pengobatan
jasmani, dan ath-Thibb ar-Rûhâni
(kesehatan mental) yang menerangkan pengobatan jiwa.
Pemaparan diatas
memperlihatkan penting pengetahuan tentang psikis. Karena pengetahuan ini tak
sekadar berfungsi untuk memahami kepribadian manusia, tapi juga untuk
pengobatan penyakit jasmani dan ruhani. Banyak di antara penyakit jasmani,
seperti kelainan fungsi pernapasan, usus perut, dan sebagainya, justru
diakibatkan oleh kelainan jiwa manusia. Penyakit jiwa seperti stres, was-was,
dengki, iri hati, kemunafikan, dan sebagainya, sering menjadi penyebab utama
penyakit jasmani. Ketika penyakit-penyakit jiwa itu kambuh, maka kondisi emosi
seseorang akan labil dan tak terkendali. Kelabilan jiwa inilah yang akan
mempengaruhi syaraf dan fungsi organ, sehingga terjadi penyempitan di saluran
pernapasan, atau usus perut yang mengakibatkan penyakit jasmani.
Diskursus kesehatan mental
(mental health) kontemporer, telah
menemukan suatu jenis penyakit yang disebut dengan psikosomatik (psychosomatic disorders). Penyakit ini
ditandai dengan keluhan-keluhan dan kelainan-kelainan pada alat tubuh, misalnya
jantung, alat pernapasan, saluran perut, kelamin dan sebagainya. Kelainan ini
disebabkan oleh faktor emosional melalui syaraf-syaraf otonom. Kelainan
emosional ini akan menimbulkan perubahan-perubahan struktur anatomik yang tidak
dapat pulih kembali. Tanda-tanda dari penyakit ini adalah jantung dirasakan
berdebar-debar (palpitasi), denyut
jantung tidak teratur (arrhythmia),
pendek napas (shortnes of breath),
kelesuhan yang amat hebat (fatique),
pingsan (faiting), sukar tidur (insomnia), tidak bernafsu makan (anoxia nervosa), impotensi dan
frigiditas pada alat kelamin. Diduga keras, penyebab utama penyakit-penyakit
ini adalah perasaan resah dan kecemasan (anxiety).
Ibnu Qayyim al-Jauzi dalam
Ighâtsah al-Lahfân, lebih spesifik
membagi psikoterapi dalam dua kategori. Yaitu tâbi’iyyah dan syar’iyyah.
Psikoterapi tâbi’iyyah adalah
pengobatan secara psikologis terhadap penyakit yang gejalanya dapat diamati dan
dirasakan oleh penderitanya dalam kondisi tertentu. Seperti perasaan kecemasan,
kegelisahan, kesedihan, dan amarah. Penyembuhannya dengan cara menghilangkan
sebab-sebabnya. Sementara psikoterapi syar’iyyah
adalah pengobatan secara psikologis terhadap penyakit yang gejalanya tak dapat
diamati dan dirasakan oleh penderitanya dalam kondisi tertentu. Tapi ia
benar-benar penyakit berbahaya, yang dapat merusak kalbu seseorang. Seperti
penyakit yang ditimbulkan dari kebodohan, syubhat, keragu-raguan, dan syahwat.
Pengobatannya adalah
dengan penanamaan syari’ah yang datangnya dari Allah SWT. Hal itu dipahami dari
firman-Nya, “Barangsiapa yang Allah kehendaki akan memberikan kepadanya
petunjuk, niscaya Dia lapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan
barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan
dadanya sesak dan sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah
Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (Qs. al-An’am :
125)
Muhammad Mahmud Mahmud,
seorang psikolog muslim ternama, membagi psikoterapi Islam dalam dua kategori.
Pertama, bersifat duniawi. Berupa pendekatan dan teknik-teknik pengobatan yang
dilakukan setelah memahami psikopatologi dalam kehidupan nyata. Kedua, bersifat
ukhrawi. Berupa bimbingan mengenai nilai-nilai moral, spiritual, dan agama. Model
psikoterapi yang pertama, lebih banyak digunakan untuk penyembuhan dan
pengobatan psikopatologi yang biasa menimpa pada sistem kehidupan duniawi
manusia. Seperti neurasthenia, hysteria,
psychasthenia, schizophrenia, manic depressive psychosis, kelainan seks, paranoia, psychosomatik, dan sebagainya.
Sementara kegunaan psikoterapi itu
sendiri, menurut Muhammad Mahmud, adalah:
1. Membantu penderita dalam memahami diri
sendiri, mengetahui sumber patalogi dan kesulitannya, serta memberikan
perspektif masa depannya.
2. Membantu penderita dalam menentukan
bentuk-bentuk patologinya.
3. Membantu
penderita dalam menentukan langkah-langkah dan pelaksanaannya.
Pada umunya psikolog kontemporer
menggunakan pendekatan empirik dalam menganalisis patologi pasiennya. Freud, misalnya, menggunakan otobiografi
pasien untuk menentukan terapi yang tepat. Sementara terapi yang digunakan
dalam bentuk hipnotis, katarsis, asosiasi bebas, dan analisis mimpi. Bentuk
teknik ini dilakukan secara bertahap dan berurutan.
1. Hipnotis
Terapi ini biasanya dilakukan oleh
psikiater dengan cara menghilangkan ingatan-ingatan pasien yang mengandung
simtom-simtom, kemudian memberikan ingatan baru yang dapat memulihkan kesehatan
pasien.
2. Catharsis
Yaitu pengobatan dengan cara berbicara
(talking cure). Cara kerja teknik ini yaitu dengan menyuruh pasien untuk
menceritakan simtom yang dideritanya secara rinci yang terdapat dalam jiwanya.
Setelah simtom tersebut muncul, kemudian segera dihilangkan.
3. Asosiasi Bebas
Yaitu dengan membiarkan pasien
menceritakan seluruh pengalamannya, baik simtom maupun tidak. Cerita yang
dikemukakan tidak mesti harus logis, teratur atau penuh arti. Apa pun isi
cerita tersebut harus dikeluarkan, tidak terkecuali yang memalukan yang selama
ini mungkin terpendam.
4. Analisis mimpi
Mimpi merupakan bentuk, isi dan
kegiatan dari jiwa seseorang. Oleh karena itu, dengan menggunakan metode ini,
diharapkan akan diketahui rahasia pasien yang paling dalam.
Menurut Atkinson terdapat enam teknik
psikoterapi yang digunakan oleh para psikiater diantaranya yaitu teknik terapi
psikoanalisis, teknik terapi prilaku, teknik kognitif perilaku, teknik terapi
humanistik, teknik terapi integratif, dan teknik tarapi kelompok dan keluarga.
Sedangkan menurut Islam teknik psikoterapi ada lima macam yaitu membaca
al-Qur’an, sholat malam, bergaul dengan orang sholeh, puasa, dan dzikir.
C.
Analisis
Pembahasan tentang psikoterapi dalam psikologi Islam, tak
jauh berbeda dengan psikoterapi secara umum. Psikoterapi secara umum sering
kali mencakup teknik untuk meningkatkan kesadaran dan kapasitas untuk diri,
pengamatan, mengubah perilaku dan kognisi, dan mengembangkan wawasan dan empati.
Psikoterapi dalam psikologi Islam menerapkan
teknik-teknik peribadatan. Seperti yang telah disebutkan di atas yang biasa
disebut dengan istilah tombo ati. Sama
halnya dengan terapi Gestalt, terapi gestalt yang pendirinya Frederick dan
Laura Perls, menyebutnya terapi konsentrasi. Terapi konsentrasi jika dikaitkan
dengan teknik yang disebut tombo ati itu juga merupakan perilaku untuk
membentuk suatu konsentrasi, seperti halnya dzikir.
Psikoterapi sangat berguna untuk membantu penderita dalam
memahami dirinya, mengetahui sumber-sumber psikopatologi dan kesulitan
penyesuaian diri, memberi perspektif masa depan yang lebih cerah. Membantu
penderita mendiagnosis bentuk-bentuk psikopatologi. Serta membantu penderita
menentukan langkah-langkah praktis dan pelaksanaan pengobatannya. Dengan adanya
psikoterapi kita juga dapat mengetahui bahwa penyakit-penyakit jasmani yang
muncul juga terkadang merupakan dampak dari kelainan ruhani seseorang, artinya
psikoterapi juga dapat kita masukkan sebagai salah satu metode penyembuhan
penyakit jasmani meskipun juga harus melalui metode maknawi pula.
Psikoterapi merupakan hal yang sangat penting dalam
kehidupan sosial bermasyarakat dan beragama, karena psikoterapi tidak hanya
pengetahuan mengenai psikis dan kepribadian seseorang namun juga menyangkut
kesehatan jasmani maupun rohani yang saling terkait satu sama lain. Psikoterapi
berperan penting dalam menyembuhkan penyakit baik jasmani maupun ruhani seperti
yang telah kita bahas, dalam islam kita telah mengenal metode pengobatan hati
yang sangat populer yaitu tombok ati. Ini merupakan metode psikoterapi
yang sangat bagus, karena dengan ini seseorang tidak hanya sembuh dari penyakit
ataupun kelainan yang diderita tapi juga semakin memperkuat kadar keimanan
orang tersebut. Jadi psikoterapi dalam islam tidak hanya sebatas menyembuhkan
namun juga meningkatkan kadar keimanan, karena bentuk pengobatannya yang
bersifat ibadah. Sementara psikoterapi yang lebih umum lebih menggunakan
metode-metode logika, sosial, berbicara langsung dan juga dengan melihat
permasalahan pada penderita. Meskipun ada juga yang melalui cara-cara keyakinan
agama seperti yang diungkapkan oleh James
P.Chaplin. Walaupun demikian pada
dasarnya tujuan psikoterapi adalah sama yaitu untuk mewujudkan pribadi yang
berakhlak mulia, memiliki mental yang baik dan juga kesehatan jiwa, sehingga
dapat menangani masalah yang sedang dihadapi dan memiliki pemikiran yang bersih
dari pengaruh hal-hal negatif.