Peran
dan Tantangan FBNGO Humanitarian Internasional
Di Indonesia yang Multikultur
(Studi atas Muslim Aid dan Catholic Relief Services)
OLEH : SETIONO
Kemajuan
zaman yang begitu deras tidak dapat dipungkiri dengan berbagai perkakasnya.
Dibalik semua itu nilai-nilai kemanusiaan terasa luntur dan degradasi moral
semakin kuat. Nilai-nilai ke gotong royongan seolah-olah mulai luntur dan
menghilang, gotong royong juga merupakan identitas dari bangsa Indonesia
sendiri. Hakikat dengan adanya kemajuan zaman tantangan semakin banyak, namun
masalah kemanusiaan semakin kompleks. Tantangan krisis kemanusiaan global yang
kompleks dan Indonesia yang memiliki beragam keunikan, disamping ragam etnis,
agama, dan budaya. Indonesia yang begitu beragam bukan berarti Indonesia
menjadi negara yang maju, namun Indonesia juga memiliki tantangan sendiri.
Dengan keragaman yang ada, maka Indonesia semakin diuji dengan nilai-nilai persatuan
dan kemanusiaan dalam menghargai perbedaan dan gotong royong. Namun, Indonesia
dalam menjawab dan menghadapi krisis kemanusiaan, kegiatan-kegiatan kemanusiaan
di Indonesia yang diakibatkan konflik, kemiskinan, kelaparan, dan bencana,
sudah relatif dapat dikelola dengan baik. Semua itu, karena dengan adanya
kerjasama dan partisipasi dari berbagai organisasi atapun lembaga kemanusiaan
dan keagamaan baik nasional maupun imternasional.
Lembaga-lembaga
humanitarian dapat dilihat dari sejarah Indonesia berdiri sejak tahun 1970,
namun pusatnya di Amerika Serikat. Jika dilihat dari paradigma studi agama, maka
lembaga internasional secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu lembaga
humaniter sekuler dan lembaga humaniter berbasis agama. Lembaga yang disebut
terakhir sering disebut dengan istilah faith-based
non-government organization (FBNGO). Oleh karenanya, lembaga humaniter yang
berbasis agama mengajak semua orang dari berbagai keyakinan, agama dan latar
belakang yang berbeda-beda untuk dapat berbagi nilai-nilai yang dapat membantu
meningkatkan dan membangkitkan semangat hidup serta dapat membawa pada berbagai
manfaat yang baik. Keberadaan FBNGO selama ini sangat mewarnai dunia humaniter
internasional. FBNGO telah mampu memberikan manfaat besar bagi aksi-aksi
kemanusiaan dan memperkaya corak gerakan kemanusiaan tersebut. Meskipun
demikian hal itu tidak berarti FBNGO bebas dari masalah. Identitas dasarnya
sebagai lembaga humaniter keagamaan membuat FBNGO menghadapi tantangan,
terutama dalam konteks masyarakat yang multikultur. Khususnya Indonesia yang
begitu terkenal sebagai negara yang pluralisme atau mulitkulturalisme dan
mayoritas adalah Muslim. Namun bagi FBNGO hal itu bukan menjadi sebuah kendala
yang besar, sebab semua itu bisa diatasi dengan berbagai nilai-nilai yang ada
dalam ajaran agama yaitu membantu dalam kebaikan (menerapkan nilai-nilai kasih).
FBNGO memiliki orientasi keagamaan yang sangat jelas dengan menempatkan agama
sebagai motivasi utama dalam aksi kemanusiaannya. Dan terbukti bahwa mereka
mampu melebur dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Artikel
ini juga menjelaskan MA (Muslim Aid)
dan CRS (Catholic Relief Services)
yang merupakan lembaga dalam kategori humanitarian sintesis. Sebagai
lembaga humanitarian sintesis, MA dan CRS masing-masing menempatkan teologi
Islam dan Kristen sebagai prinsip, semangat, dan sumber inspirasi gerakannya.
Dalam company profile-nya, CRS
menyebut dirinya dimotivasi oleh ajaran Yesus Kristus untuk menghormati,
melindungi, dan menegakkan martabat kehidupan semua manusia, mengembangkan
kedermawanan dan keadilan. Sedangkan, MA menyandarkan identitas institusinya
dan kegiatannya pada ajaran-ajaran kemanusiaan dari nilai-nilai luhur Islam.
Namun, pada hakikatnya antara MA dan CRS mengaplikasikan nilai-nilai ajaran
agama yaitu implementasi dari kasih itu sendiri. Sebab, setiap agama
mengajarkan kasih. Meskipun terdapat program khusus keagamaan, porsi program
keagamaan di CRS dan MA sangat kecil dibandingkan dengan program
kemanusiaannya. Pada dasarnya keberadan mereka sangat memiliki pengaruh yang
baik untuk masyarakat Indonesia. Merekapun memiliki peran yang penting bagi
masyarakat Indonesia. Namun, apakah hanya misi kemanusiaan saja yang mereka
terapkan? Jika dalam kaca mata pembaca, mungkin tidak hanya misi kemanusiaan
saja, tidak sekedar misi dakwah. Namun, ada misi lain yang secara eksplisit
tidak dijelaskan, karena adanya prinsip-prinsip humanitarian internasional. Dengan
demikian, bahwa lembaga-lembaga tersebut memiliki andil yang besar disaat
adanya krisis kemanusiaan, baik itu terjadinya konflik maupun bencana.
Disinilah peran-peran lembaga kemanusiaan dibutuhkan, namun akan lebih baik
lagi jika tidak hanya saat terjadinya konflik ataupun bencana saja.