Agama dan Masyarakat
Oleh: SETIONO
Setiap
agama pasti akan kerap dengan lingkungan masyarakat, sebab sebuah agama pasti
didalamnya ada penggerak dan penggeraknya adalah manusia atau masyarakat. Dalam
sebuah studi dari Feurbach ada beberapa poin yang penting dan secara garis
besarnya yaitu antara Tuhan dan manusia sebagai ilusi, karena agama sendiri
sesungguhnya adalah ekspresi fantasi dari ideal-ideal manusia dalam mencapai
eksistensi manusia, melalui cinta, kebebasan, dan akal. Hal ini, karena agama
dipahami sebagai psikogenesisnya dari sifat manusia sendiri, maka hubungan
terbaik antara sifat-sifat yang dilekatkan pada Tuhan dan sifat-sifat yang
dilekatkan pada manusia dan dunia yang terbatas. Apa yang ditolak oleh manusia
untuk dilekatkan pada dirinya sendiri kemudian dilekatkan pada Tuhan. Dan dalam
melihat agama sebagai suatu image yang diproyeksikan oleh watak esensial
manusia. Pada dasarnya manusia juga merupakan sesuatu yang aktif, karena
memiliki rasa ingin tahu sehingga manusia juga bersifat aktif untuk mencapai
suatu cinta, kebijakan, keadilan, atau bukan merupakan sebuah ilusi. Dengan
demikian, agama juga merupakan sebuah hasil yang telah muncul karena adanya
sebuah ide, konsep yang dimana dapat menghasilkan sebuah nilai dan keyakinan dalam
kehidupan manusia serta dijadikan sebagai falsafah atau ideologi dalam
kehidupan sehari-hari.
Sebab agama adalah realisasi
fantastis dari esensi manusia karena esensi manusia tidak memiliki realitas
yang sesungguhnya. Oleh karena itu agama juga merupakan sebuah spirit dan
sebagai candu bagi masyarakat serta adanya kepentingan kelas. Dimana Marx dan
Engels yang memiliki pendekatan struktural menegaskan, seperti yang dikemukanan
Turner, yakni: Agama memiliki fungsi ganda, yaitu kompensasi terhadap orang-orang
miskin yang menderita dengan menjanjikan kekayaan spiritual, dan pada saat yang
sama member legitimasi terhadap kekayaan kelas dominan. Maka salah satu solusi
atas kontradiksi antara solidaritas kelas versus integrasi sosial adalah dengan
menyatakan bahwa dengan menyatakan bahwa dengan melegitimasi kekayaan dan
memberi kompensasi terhadap kemiskinan, agama menyatukan masyarakat sembari
juga mengekspresikan kepentingan kelas yang berbeda.
Bidang Kajian Antropologi
Antropolog mempelajari manusia dimanapun dan kapanpun
mereka menemukan mereka. Antropologi adalah eksplorasi keanekaragaman manusia dalam ruang dan waktu.
Antropologi mempelajari seluruh kondisi manusia: masa lalu, sekarang, dan masa depan,
biologi, masyarakat, bahasa, dan budaya. Yang sangat menarik adalah
keragaman yang datang melalui adaptasi manusia. Mengeksplorasi keanekaragaman
hayati dan budaya yang ada di kehidupan manusia dalam
ruang dan waktu, antropologi menghadapi pertanyaan dasar eksistensi manusia dan
kelangsungan hidup: bagaimana kita berasal, bagaimana kita telah berubah, dan
bagaimana kita dapat merubah.
Antropologi memiliki empat bidang yaitu budaya, arkeologi,
biologi dan linguistik. Begitu pula ada yang disebut adaptasi, variasi, dan
perubahan. Adaptasi mengacu
pada proses yang dapat mengatasi kekuatan lingkungan dan tekanan, seperti yang
ditimbulkan oleh iklim dan topografi atau medan, juga disebut bentang
alam. Kita ketahui bahwa arti antropologi secara umum merupakan suatu disiplin
ilmu dalam kajian antropologi, atau juga dikenal sebagai antropologi umum yang
memiliki empat bidang utama dalam disiplin ilmu. Antropologi juga terbagi
beberapa sub kajian dalam displin ilmu diantaranya ada antropologi budaya, antropologi
arkeolog, biologi atau fisik, antropologi; dan antropologi linguistik. Dari
keempat hal tersebut sangatlah penting dalam kajian antropologi. Kita pun akan
mengenal pendekatan baru untuk agama, dimana seperti sejarah dan masyarakat, sekarang materi
pelajaran yang bisa diselidiki secara obyektif dan tidak hanya diserahkan
kepada gereja, kritikus rasionalis, dan filsafat spekulatif. Meskipun penganut
pendekatan ini cenderung menerima beberapa keprihatinan ideologis baik bible,
rasionalis, atau sudut pandang universal, tujuan gerakan itu untuk mewakili
sebuah fokus yang berbeda keseluruhannya dan tujuannya.
Untuk
pertama kalinya agama menjadi suatu bidang penelitian langsung, dan merupakan
sesuatu yang harus dipelajari dan dipahami, dan tidak hanya menjadi ajang
pembuktian diri dalam sebuah teori sikap. Untuk mengejar ilmu agama berarti
mengambil posisi yang baik dapat memberikan pelanggaran untuk kedua kubu
teologis dan rasionalistik. Muller
memiliki kritik dari keduanya. Di satu sisi
adalah mereka yang berpikir agama "terlalu suci subjek untuk pengobatan
ilmiah", di sisi lain adalah mereka yang menaruhnya "pada tingkat
dengan kimia dan astrologi, hanya suatu kesalahan atau halusinasi, jauh dari
pemberitahuan orang sains.
Note: Lihat Buku The Seven Theories of Religion
Tidak ada komentar:
Posting Komentar